Pantau Merapi, BPPTKG Berharap Ada Tanda-tanda Migrasi Magma

  • Rabu, 23 Mei 2018 - 16:28:05 WIB | Di Baca : 1490 Kali

SeRiau - Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso berharap ada tanda-tanda ketika magma Gunung Merapi migrasi ke permukaan sehingga pergerakan magma bisa terdeteksi seperti tahun 2010 lalu.

Tanda-tanda migrasi ini penting dalam upaya memitigasi dampak letusan Merapi. 

"Merujuk pada tahun 2010, pergerakan magma itu bisa terdeteksi dari gempa-gempa vulcano tectonic(VT)," kata Agus di Yogyakarta, Rabu (23/5/2018).

Agus menuturkan, pada erupsi tahun 2010 terlihat sekali adanya migrasi magma menuju ke permukaan. Tanda-tandanya terlihat dari terjadinya gempa VT yang cukup intensif hingga 5 kali sehari. 

Agus berharap, ketika ada pergerakan atau migrasi magma kepermukaan bisa ada tanda-tanda. Namun, tanda-tanda itu tidak sejelas pada 2010.

"Meskipun tidak sejelas 2010, kami harapkan masih ada tanda-tandanya. Kami tidak terlalu berharap akan sangat kelihatan migrasinya, tetapi ketika magma ini akan muncul kepermukaan mudah-mudahan kegempaan meningkat sehingga kami bisa tahu," kata dia.

Meletus

Kabar terakhir, Gunung Merapi kembali meletus pada Rabu (23/053/2018) pukul 13.49 WIB. Letusan Merapi kali ini juga merupakan letusan freatik dengan durasi 2 menit. 

Informasi ini disampaikan BPPTKG melalui akun Twitter @BPPTKG pada pukul 13.59 WIB. 

Letusan freatik Merapi terdengar dari Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGN) Babadan. Namun, kolom letusan tidak teramati dari semua Pos PGN.

Letusan freatik pada pukul 13.49 WIB ini menjadi letusan kedua Merapi yang terjadi pada Rabu ini.

Sebelumnya, Gunung Merapi meletus freatik pada pukul 03.31 WIB dengan durasi 4 menit dan tinggi Kolom 2.000 meter.

Sebagai informasi, letusan jenis freatik terjadi karena adanya pemanasan air yang terjebak di dalam gunung hingga menjadi uap panas. Akumulasi uap panas yang terus meningkat itu menekan dan menyebabkan letusan.

Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso dalam jumpa pers di Yogyakarta, Rabu (23/05/2018), mengatakan letusan freatik bukan termasuk letusan yang membahayakan keselamatan manusia, selama berada di luar 3 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi. (**H)


Sumber: KOMPAS.com





Berita Terkait

Tulis Komentar