143 Juta Pengguna Medsos Terancam Virus Radikalisme

  • Jumat, 18 Mei 2018 - 14:17:14 WIB | Di Baca : 1168 Kali

SeRiau - Agitasi dan propaganda kelompok radikalisme dan terorisme kerap dilakukan di dunia maya atau media sosial (medsos). Tujuannya, untuk mempengaruhi warganet yang masih bisa dipengaruhi dengan “kampanye-kampanye” mereka.

Demikian disampaikan Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Donny Budi Utoyo dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9(Dismed FMB9) bertajuk Cegah dan Perangi Aksi Terorisme di Gedung Serba Guna Kemkominfo, Jakarta.

“Sekitar dua tahun yang lalu tanpa sengaja saya bersama teman-teman tim sedang masuk ke Youtube. Tiba-tiba ada video yang baru di-upload. Menurut saya bagus sekali. Judulnya, Ayahku Teladanku. Kami sempat download,” ujar Donny sebagaimana dilansir Kominfo.go.id.

Menurut Donny, ini video dokumenter yang bagus sekali karena digarap secara profesional. Di film itu diawali ada sekumpulan anak yang sedang latihan baris-berbaris dan latihan bela diri.

“Ternyata, ini video ISIS. Menariknya, sudah ada terjemahan bahasa Indonesianya. Di film itu, seorang anak memberikan testimoni, “saya mengikuti teladan ayahku, ayahku dibunuh oleh kafir dan sekarang saya harus membunuh kaum kafir”, jelas Donny seraya mengutip kalimat di film tersebut.

Donny menilai, film ini jelas memiliki tujuan sebagai bagian dari proses mendorong orang menjadi radikal melalui sosial media. Dan, dengan kemasan yang mereka buat di film itu, sangat mungkin sekali ada yang terpengaruh. Khususnya anak-anak.

“Jika film ini ditonton oleh anak-anak, sudah bisa dipastikan akan terpengaruh. Karena menurut saya, kemasan dalam film ini dibuat secara profesional dan mudah dicerna anak-anak,” ujarnya.

Donny menjelaskan, di film itu mengadegankan, anak-anak yang berkelompok disatukan dalam satu rumah, ruangannya gelap, mereka bergerak seperti pasukan dengan menggunakan infrared, mengejar sesosok musuh yang mereka kejar.

“Ternyata, musuh yang dikejar mereka adalah warga negara asing yang sedang diikat matanya. Kemudian di adegan berikutnya musuh yang mereka kejar itu dieksekusi. Terlihat sangat real,” ulas Donny.

143 Juta Pengguna

Untungnya, lanjut Donny, film ISIS itu tidak lama ada di Youtube, setelah itu langsung di-takedown. Karena harus ada ketegasan atas audiovisual di media sosial yang berisi agitasi propaganda yang berbahaya seperti itu.

“Kami dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong penggunaan platform media sosial secara baik, sehat dan positif. Dan jelas sekali film itu sangat berbahaya. Karena itu harus ditakedown,” ulas Donny.

Di Indonesia, ada 143 juta pengguna medsos yang sangat berpotensi terkena virus radikalisme dan terorisme. “Kita harus bicara hulu dan hilir. Hulu seperti apa? Ya itu, literasi, bicara konten, dan narasi. Hilirnya baru pemblokiran,” jelas Donny.

Sejak kali pertama terjadi bom di gereja, menurut Donny, ada 1.285 akun medsos yang diblokir. Dan itu hanya dalam waktu 3-4 hari. Sesungguhnya, proses yang sudah dilakukan oleh kami jauh-jauh hari dilakukan terus menerus dan saat kejadian lebih diintensifkan.

“Salah satu upayanya adalah dengan aduan konten, Internet sehat, siber kreasi dan lainnya. Isinya dengan melakukan literasi digital, cara menghindari paham radikal,” ucap Donny.

Selain Tenaga Ahli Kemkominfo Donny Budi Utoyo, hadir juga sebagai narasumber dalam FMB 9 kali ini antara lain Ketua Dewan Pers Joseph Adi Prasetyo dan Pengamat Terorisme Universitas Indonesia Solahudin. (**H)


Sumber: Okezone





Berita Terkait

Tulis Komentar