Mengapa Teroris Sampai Perlu Menyiksa 5 Polisi di Mako Brimob?

  • Jumat, 11 Mei 2018 - 05:35:07 WIB | Di Baca : 6050 Kali

SeRiau - Masih ada sejumlah hal belum terjawab soal tragedi penyanderaan di Mako Brimob karena polisi masih menyelidikinya. Salah satunya, mengapa para teroris sampai perlu menyiksa 5 polisi secara keji hingga akhirnya tewas.

Total ada sembilan polisi yang disandera oleh narapidana teroris di rutan yang ada di Mako Brimob sejak Selasa (8/5) petang. Lima di antaranya tewas dengan penuh luka. Empat sisanya dibebaskan dengan kondisi penuh cedera.

Lima orang yang tewas mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa. Berikut kelima korban yang mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa itu:

1. Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji, anggota Densus 88 Antiteror
2. Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi, anggota Polda Metro Jaya
3. Brigadir Luar Biasa Anumerta Fandy Setyo Nugroho, anggota Densus 88 Antiteror
4. Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli, anggota Densus 88 Antiteror
5. Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas, anggota Densus 88 Antiteror.

Menkopolhukam Wiranto mengatakan para teroris sebelumnya menyiksa para polisi itu terlebih dahulu. Hal itu ditunjukkan dari luka-luka yang ada di sekujur tubuh, mulai dari paha, perut hingga kepala. Mereka mendapatkan luka senjata tajam.

"Para pelaku melakukan kekejaman dengan merampas senjata, menyandera, menyiksa bahkan membunuh para petugas," ujar Menkopolhukam Wiranto.

Wiranto menyampaikan hal itu dalam konferensi pers di kompleks Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5/2018). Wiranto mengutuk kekejaman yang dilakukan para pelaku terhadap anggota polisi.

"Itu merupakan cara-cara yang kejam dan keji. Di luar batas kemanusiaan," kata Wiranto.

Hal senada juga disampaikan Wakapolri Komjen Syafruddin. Jenderal bintang tiga itu menyatakan apa yang dilakukan para teroris begitu sadis.

"Lima orang anggota Polri gugur dengan cara pembunuhan sadis. Anda bisa melihat langsung hasil visum at repertum dan penjelasan dokter," kata dia.

Mengapa para teroris sampai perlu menyiksa para polisi? Pertanyaan ini belum terjawab. Dalam kondisi normal, umumnya sandera dibiarkan dalam kondisi baik-baik saja.

Untuk diketahui, awal mula terjadinya kerusuhan berujung penyanderaan ini adalah protes napi teroris bernama Wawan karena persoalan makanan. Wawan meminta petugas menyerahkan kiriman makanan dari keluarga. Adapun di rutan ada aturan yang membolehkan petugas untuk melakukan screening makanan dari luar.

Protes Wawan diikuti oleh napi teroris lainnya. Hingga akhirnya mereka menjebol tembok dan melakukan perampasan senjata yang dikuasai petugas yang tengah patroli.

"Senjata dia dapat dari mana-mana, kan dia jebol ini ke mana-mana. Dia dapat kaca dipecahkan, dia dapat besi, dia dapat apa, ini kan dijebol semua. Ruang tahanan itu disekat semua, dijebol, jadi alat-alat, peralatan yang ada di ruang-ruang itu ada saja didapatkan," ujar Syafruddin.

Meski lima rekannya disiksa dengan keji hingga meninggal, polisi tetap dingin dalam menangani situasi. Dari 156 napi/tahanan teroris, satu tewas karena mencoba melawan. Sisanya menyerah tanpa syarat. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar