Isu Menyinggung TNI di Balik Mutasi Kapolres Karawang

  • Kamis, 10 Mei 2018 - 21:19:11 WIB | Di Baca : 1996 Kali

SeRiau - Kapolres Karawang AKBP Hendy Febrianto Kurniawan dicopot dari jabatannya. Isu menyinggung TNI muncul di balik mutasi Hendy ini.

Sebelum Hendy dicopot dari posisi Kapolres Karawang, muncul sejumlah videonya yang viral. Video pertama memperlihatkan Hendy tengah berbicara melalui pengeras suara kepada sejumlah orang di depan sebuah gedung.

Belum diketahui dalam kegiatan apa dan berlokasi di mana kegiatan itu. Namun, dalam video berdurasi delapan detik yang dilihat detikcom, Hendy memang bersuara bernada menantang dengan menyebut kesatuan Kopassus.

"Dari Kopassus saya gulung semua! Saya tidak pernah peduli. Saya kalau menegakkan kebenaran siapapun depan saya, saya gulung semua," kata Hendy dalam video.

Kemudian juga ada video Hendy di lokasi yang sama, namun dengan pernyataan berbeda. Masih tidak jelas dalam kondisi apa Hendy berbicara.

"Yang anggota Marinir tunggu dulu, anggota POM lagi ke sini. Kalau perlu Panglima, saya telepon suruh ke sini. Tidak boleh ada gaya-gaya preman di sini. Saya Kapolres Karawang AKBP Hendy F Kurniawan, catat!" tutur Hendy.

"Saya bertanggung jawab. Kalau ada yang tidak terima, silakan berhadapan dengan saya. Saya yang bertanggung jawab sebagai Kapolres Karawang. Tidak boleh ada gaya-gaya preman di Karawang. Kalau anda menginginkan pekerjaan di limbah, silakan melalui proses seleksi yang benar tidak boleh dengan gaya-gaya preman, paham ya? Kekuatan apapun enggak boleh ada. Silakan fair, ikuti seleksi karena perusahaan ada standar pengelolaan limbah, tidak memberikan SPK pada siapapun," sambungnya dalam video berdurasi 1:22 menit itu.

Dalam video itu dia kembali berbicara menyinggung TNI. Hingga saat ini belum jelas mengapa Hendy berbicara seperti itu.

"Silakan kalau mau coba gaya-gaya preman di Karawang. Saya pertaruhkan jabatan saya, untuk melindungi kepentingan umum. Apalagi ada Marinir di depan saya, harusnya lebih bisa mengendalikan warga sipil. Karena warga plus, bukan warga biasa. Paham?" kata Hendy.

Kemudian, muncul video permohonan maaf dari Hendy. Pada video tersebut, Hendy terlihat diapit oleh dua pria berseragam loreng hijau TNI masing-masing memakai baret merah dan biru. Di video tersebut Hendy mengungkapkan permintaan maaf kepada TNI.

"Assalamualaikum, berkaitan dengan beredarnya video pengamanan unjuk rasa yang berisi tentang penyebutan oleh diri saya tentang institusi Marinir, maupun Panglima, saya secara pribadi meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pimpinan TNI, dan khususnya keluarga besar Korps Marinir," ucap Hendy dalam video itu. 

"Tidak ada niatan kami melecehkan institusi marinir maupun korps TNI. Hal tersebut semata-mata karena kegelapan kami yang tidak bisa mengontrol situasi di lapangan. Selanjutnya untuk oknum tersebut akan diproses POM TNI, sekali lagi dengan hati tulus kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Salam hormat untuk pimpinan TNI, senior dan rekan-rekan korps Marinir," tambahnya.

Pada video kedua, Hendy juga nampak meminta maaf kepada TNI. Ucapannya hampir sama yang intinya meminta maaf kepada korps Marinir dan Kopassus.

"Saya secara pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pimpinan TNI, korps Marinir maupun korps Kopassus. Hal tersebut semata-mata kekhilafan saya pribadi, tidak ada unsur kesengajaan. Sekali lagi kami mohon maaf kepada seluruh keluarga korps Marinir dan korps Kopassus dan pimpinan TNI atas kesalahan pribadi yang akan dijadikan koreksi pelaksanaan tugas kami ke depan," ucap Hendy.

Mengenai masalah ini, Kabid Humas Polda Jabar AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan peristiwa tersebut sudah selesai. Hendy disebutnya juga sudah meminta maaf langsung kepada TNI atas ucapannya.

"Kaitan masalah itu, yang bersangkutan sendiri sudah memohon maaf. Sudah mengkonfirmasi secara pribadi juga," ungkap Truno.

Setelah videonya viral, pencopotan Hendy lalu dilakukan berdasarkan surat telegram rahasia (TR) Kapolri nomor: ST/1277/V/KEP/2018 yang terbit pada Rabu (9/5/2018). Dalam TR yang ditandatangani atas nama Kapolri melalui Karobinkar tersebut itu harus menyerahkan tongkat komando ke AKBP Slamet Waloya yang sebelumnya bertugas di SSDM Polri.

Meski begitu, AKBP Truno tak mau mengkaitkan pencopotan Hendy dari Kapolres Karawang dengan video-video yang viral itu. Menurut dia, mutasi jabatan adalah hal yang wajar.

"Jadi begini, kita Polri ini prajurit Bhayangkara yang siap. Kita mencintai jabatan kita, namun jabatan itu suatu amanah yang suatu saat bisa diterima dan dilepaskan kembali. Jadi kita sudah siap, tidak ada kaitan. Intinya semua dinamika lah," urai Truno.

Sementara itu pihak TNI saat dikonfirmasi mengenai masalah ini tak mau banyak komentar. Kapuspen TNI Mayjen Sabrar Fadhilah hanya meminta agar hal tersebut menjadi pembelajaran semua pihak.

"Persoalan sudah selesai, tidak perlu ada tanggapan lagi. Sebagai pembelajaran dan pendewasaan buat kita semua," kata Mayjen Fadhilah. (**H)


Sumber: detikNews





Berita Terkait

Tulis Komentar