Kekalahan Pertama Partai Penguasa selama 61 Tahun Malaysia Merdeka

  • Kamis, 10 Mei 2018 - 06:56:58 WIB | Di Baca : 1568 Kali

SeRiau - Kemenangan koalisi oposisi Pakatan Harapan dalam Pemilu 2018 menjadi momen bersejarah bagi rakyat Malaysia. Untuk pertama kalinya, Barisan Nasional yang terdiri dari penguasa lama Malaysia menderita kekalahan pertama sejak 61 tahun. 

Dalam perhitungan suara pada Kamis (10/5) pukul 04.00 waktu Malaysia, Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir Mohamad berhasil memperoleh 113 kursi dari total 222 kursi Parlemen Federal. Sedangkan koalisi Barisan Nasional pimpinan Najib Razak hanya memperoleh 79 suara. 

Malaysia merupakan satu-satunya negara di dunia yang belum mengalami perubahan kekuasaan sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1957. Penguasa Malaysia tidak pernah bergeser dari United Malay National Organization, partai politik yang hingga kini menjadi tulang punggung koalisi Barisan Nasional. 

Tidak lama setelah merdeka, UMNO bersama Malaysian China Association dan Malaysian India Association mendirikan koalisi Parti Perikatan. Koalisi ini berhasil membawa UMNO menjadi pemenang Pemilu 1959 yang digelar setelah kemerdekaan. 

Kemenangan UMNO saat itu merupakan pondasi awal yang membentuk lingkaran elit politik Malaysia. Sebut saja Perdana Menteri pertama Malaysia, Tunku Abdul Rahman, dan penerusnya Tun Abdul Razak. Tun Abdul Razak adalah ayah dari Perdana Menteri Malaysia saat ini, Najib Razak. 

Meski hegemoni UMNO menancap kuat, oposisi Malaysia bukan berarti melempem. Partai oposisi telah muncul sejak tahun 1957 meski tak mampu mengalahkan kedigdayaan koalisi yang dipimpin UMNO. Oposisi bertaji baru lahir ketika mantan Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim mendirikan Partai Keadilan Rakyat. 

Tanda-tanda kekalahan mulai muncul dalam Pemilu 2004. Barisan Nasional kalah dari di negara bagian seperti Perak, Selangor, dan Kedah. Kursi UMNO serta partai penyokong koalisi Barisan Nasional di setiap negara bagian semakin anjlok di Pemilu 2008. 

Ketidapuasan rakyat Malaysia menjadi faktor utama yang menggerus suara Barisan Nasional. Najib Razak banyak menelurkan kebijakan yang membelenggu kebebasan berekspresi, serta pemberlakuan pajak barang dan jasa. Situasi semakin buruk ketika Najib diisukan terlibat skandal megakorupsi 1MDB yang merugikan negara 11 miliar dolar Amerika Serikat. 

Kekuatan oposisi semakin bertambah ketika Mahathir kembali ke gelanggang dengan mendirikan Partai Pribumi Bersatu dan bergabung ke koalisi Pakatan Harapan. Mahathir pernah menduduki jabatan Perdana Menteri selama 22 tahun lewat UMNO. (**H)


Sumber: kumparanNEWS





Berita Terkait

Tulis Komentar