Survei: Usung Gatot Jadi Capres Dongkrak Elektabilitas Partai

  • Rabu, 09 Mei 2018 - 11:08:26 WIB | Di Baca : 1196 Kali
Gatot Nurmantyo

SeRiau  - Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dapat meningkatkan elektabilitas partai politik peserta Pemilu 2019. Simpulan ini berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada 28 April hinggga 5 Mei 2018.

Peneliti LSI Ardian Sofa mengatakan semula dalam survei ini elektabilitas Partai Gerindra sebesar 14,70 persen. 

Kemudian, pihaknya melakukan simulasi dengan mengajukan pertanyaan: Jika partai Gerindra mencalonkan Gatot Nurmantyo sebagai calon presiden, partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih dalam pemilu legislatif 2019?

Dari pertanyaan itu, elektabilitas Partai Gerindra mengalami peningkatan sehingga berjumlah 19,80 persen. Menurut Ardian, peningkatan terhadap Partai Gerindra bisa terjadi karena ada tambahan dukungan dari calon pemilih Gatot.

"Jadi selain mendapatkan dukungan dari pendukung Prabowo, Gerindra juga mendapatkan suara dari pendukung Gatot," kata Ardian di Jakarta, Rabu (8/5).

Ia melanjutkan, hal serupa juga dialami dua partai lainnya, yakni Demokrat dan PKB. Semula elektabilitas Partai Demokrat adalah 5,80 persen dan PKB 6,20 persen. Perolehan kedua partai ini masih di atas ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Kemudian, pihaknya mengajukan pertanyaan: Jika partai Demokrat dan PKB mencalonkan Gatot Nurmantyo, sebagai calon presiden, partai mana yang akan Ibu/Bapak pilih dalam pemilu legislatif 2019?

Dari sini, Partai Demokrat mengalami peningkatan elektabikitas sehingga menjadi 16,50 persen. Sedangkan PKB, mengalami peningkatan menjadi 15,80 persen.

"Dengan mencalonkan Gatot, Demokrat dan PKB akan terdongkrak posisinya," kata Ardian.

Ia menjelaskan alasan LSI hanya mengajukan nama Gatot untuk simulasi dalam survei ini, karena sejak awal mantan Panglima TNI itu sudah menyatakan siap menjadi calon presiden meskipun belum ada partai yang mendukung. 

Kasus Gatot disebut LSI berbeda dengan sejumlah nama lainnya. Misalnya, Anies Baswedan atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Meskipun nama Anies dan AHY sering masuk dan memiliki suara di beberapa survei, namun keduanya belum pernah menyatakan secara langsung akan maju dalam pemilihan presiden.

Survei LSI Denny JA mengambil 1.200 responden dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner dan margin of error survei sebesar 2,9 persen.

Pada Pilpres 2014 lalu, Denny JA sebagai pendiri LSI menyatakan mendukung Jokowi yang saat itu berhadapan dengan Prabowo.

Denny seperti dilansir Antara saat itu meyakini Jokowi sebagai capres yang memiliki kesungguhan mewujudkan program berkesinambungan terkait keberagaman.

Kata Denny kala itu, Indonesia yang warna warni adalah mimpi pendiri negara dan segenap bangsa Indonesia. Indonesia, lanjut dia, tak boleh jatuh ke tangan pemimpin yang punya potensi merusak dan mengganggu kesinambungan semangat keberagaman.

Gatot sendiri sampai saat ini belum memiliki kendaraan politik untuk bisa maju sebagai capres. Sejauh ini, Gatot hanya memiliki para relawan. 

Untuk maju sebagai capres, Gatot harus memenuhi syarat presidential treshold atau ambang batas presiden. Syarat itu mengharuskan capres mendapat dukungan dari partai atau gabungan partai yang menguasai 20 persen kursi parlemen atau meraih 25 persen dari total suara nasional pada Pilpres 2014 lalu. (**H)


Sumeber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar