Cegah Salah Tafsir, PDIP dan Gerindra Minta Sukmawati Klarifikasi

  • Rabu, 04 April 2018 - 07:38:48 WIB | Di Baca : 1159 Kali

SeRiau - PDIP dan Partai Gerindra meminta Sukmawati Soekarnoputri untuk mengklarifikasi soal puisi 'Ibu Indonesia' yang menyinggung azan dan cadar serta syariat Islam agar tak menimbulkan salah tafsir lebih jauh di masyarakat.

"Secara pribadi tentu saja, yaitu Sukmawati harus memberikan klarifikasi soal puisi itu ke masyarakat, jangan sampai pernyataan itu kemudian menimbulkan salah tafsir," kata Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristianto, saat ditemui di DPP Nasdem, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (3/4).

Selain itu, Hasto menyarankan Sukmawati untuk melakukan konfirmasi atau tabayyun terkait tindakannya tersebut. Hal itu sekaligus untuk menegaskan bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi etika antar sesama pemeluk agama.

Ia lantas mencontohkannya dengan ayah Sukmawati yang merupakan Presiden RI pertama, Sukarno, yang selalu mengajarkan etika dan nilai-nilai keislaman dalam keluarga, masyarakat, dan dunia. 

"Bung Karno mengajarkan kita Islam dan keislaman itu, bagaimana Bung Karno sendiri dalam konferensi Islam Asia-Afrika dinobatkan sebagai pelopor kebangkitan Islam. Sehingga itu harus kita pahami dari sejarah," tuturnya.

Senada, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon meminta agar Sukmawati segera mengklarifikasi puisi itu demi mencegah salah tafsir dari umat Islam.

"Saya kira mestinya bisa diklarifikasi oleh Sukmawati, karena tentu akan menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda, terutama dari umat Islam, karena yang disebutkan [adalah] syariat Islam, azan, dan cadar, dan seterusnya," kata dia, di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (3/4).

Ia mengakui puisi adalah ekspresi yang berupa metafora atau kiasan. Namun, penyebutan azan secara spesifik dapat menimbulkan banyak interpretasi.

"Apalagi bukan dalam sebuah metafor tapi satu bentuk komparasi. Tentu orang bisa menerimanya beragam, ada yang bisa menerima, ada yang tersinggung dan sebagainya," jelas dia.

Fadli menambahkan seharusnya Sukmawati memetik pelajaran dari hal ini agar lebih sensitif dalam memilah kata-kata demi menghindari kegaduhan.

"Tentu saja setiap orang punya keyakinan masing-masing tapi keyakinan pribadi kalau tahu takaran bisa menimbulkan sebuah kegaduhan, harusnya tahu resikonya seperti apa," ujarnya.

Sebelumnya, Sukmawati Soekarnoputri membacakan puisi berjudul Ibu Indonesia dalam acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya', di Indonesia Fashion Week 2018, beberapa waktu lalu. Puisi tersebut membandingkan azan dengan kidung.

Akibatnya, ia dilaporkan seorang pengacara, Denny Adrian, ke Polda Metro Jaya atas tuduhan penistaan agama. Selain itu, Sukmawati dilaporkan Ketua DPP Partai Hanura Amron Asyhari atas tuduhan yang sama. (*JJ)



Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar