Ini Upaya Riau Ikrarkan Diri Sebagai Pusat Peternakan Sapi Terintegritas

SeRiau -Para penggiat ternak sapi, Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab) sudah tidak asing lagi. Cara seperti ini terbukti ampuh melipat gandakan kelahiran anakan terutama bibit unggulan. Selain itu, upaya ini juga dapat meningkatkan populasi ternak dalam memenuhi kebutuhan produk ternak dalam negeri.

Melihat peluang yang besar ini, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Selain menguntungkan, bila diterapkan oleh pemerintah Provinsi Riau dapat meningkatkan produksi peternakan sapi hanya dengan mengoptimalkan sapi indukan yang ada direalisasikan dengan kegiatan yang terintegrasi untuk percepatan populasi sapi dan kerbau secara berkelanjutan.

Untuk itu, Gubernur menargetkan Riau agar bisa menjadi pusat peternakan sapi yang terintegrasi karena Riau memiliki luasan kebun sawit yang cukup untuk dijadikan bahan pakan sapi. Sehingga potensi ini bisa dapat langsung dikembangkan dan diintegrasikan melalui program dengan cara memaksimalkan potensi yang ada bagi setiap peternak.

"Melalui Upsus Siwab sudah ada penetapan kawasan strategis sapi di Riau dengan pendekatan integrasi sapi dengan tanaman sawit, sagu, dan tanaman pangan lainnya. Itu sudah diterapkan tahun 2016 lalu," katanya.

Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Askardiya R Patrianov mengatakan bahwa untuk master plane peternakan telah ditetapkan dengan prioritas daerah dari 1 sampai 12 sebesar 5.6208 sapi betina dalam kategori sebagai induk dengan target 36.535 kebuntingan untuk tahun 2017.

Konsep dasar penerapan Upsus Siwab ini dengan cara gerakan masal menargetkan operasi ternak betina melalui inseminasi buatan maupun kawin alam yang menghasilkan ternak yang sudah bunting dan menambah populasi ternak yang ada dengan signifikan. Sementara untuk penekanannya harus memaksimalkan sapi dengan anggaran yang tersedia. Jika menambah ternak baru dengan membeli maka uang yang akan dikeluarkan mencapai Rp11 juta untuk setiap ekornya. Sementara dengan memanfaatkan Upsus Siwab, hanya memerlukan biaya sebesar Rp1 juta termasuk asuransi hewan untuk biaya pembuntingan.

Program ini diterapkan dengan cara memilah populasi sapi jantan dan betina antara yang produktif dengan yang tidak. Jantan yang baik akan dijadikan induk sementara yang tidak akan dimanfaatkan dagingnya untuk kemudian dijual. Sementara betina akan diperiksa alat reproduksinya. Jika ditemukan bermasalah akan diobati hingga baik.

Untuk Riau sendiri terbagi atas beberapa wilayah layanan inseminasi buatan seperti Rokan Hulu, Indragiri Hulu, Kampar Kuantan Singingi, Siak, Dumai dan Pekanbaru. Sementara untuk kawin alam berada di Rokan Hilir, Bengkalis, Pelalawan, Meranti dan Indragiri Hilir.

Untuk pembiayaannya dilakukan oleh APBN sebesar Rp.13.185.877.000 dan APBD Rp8.900.000.000 dengan pencapaian target bunting hampir mendekati 40 ribu ekor sapi. Ini setara dengan kelahiran sapi baru sebanyak 15 ribu ekor. Para peternak yang memiliki sapi siap untuk dibuntingkan juga dimanjakan dengan fasilitas jemput bola. Dimana hanya dengan biaya Rp1 juta, peternak sudah mendapatkan Obat (antibiotik dan vitamin), Hormon, Vaksin, Operasional Petugas hingga sarana dan Prasrana inseminasi buatan.

Jika dikalkulasikan, nilai anak sapi yang sudah bisa dipisah dari induknya rata-rata per ekor mencapai Rp5 juta dengan jumlah anak yang lahir per estimasi kelahiran sebesar 25.677 ekor di tahun 2017 yang dihasilkan dari total Rp77 miliar. Namun hanya dengan biaya Rp22 miliar, para peternak mendapatkan keuntungan sebesar Rp55 miliar.

Hasilnya, Riau menerima penghargaan sebagai daerah nomor dua perkembangan sapi se-Indonesia. Upaya seperti ini telah tertuang dalam peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian pada tanggal 3 Oktober 2016 yang memiliki tujuan untuk mewujudkan komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada daging sapi yang ditargetkan tercapai pada 2026 dan mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat.(adv)



Berita Terkait

Tulis Komentar