Mengenang Probosutedjo: Bui, Ahok, dan Adik Tiri Soeharto

  • Senin, 26 Maret 2018 - 14:56:22 WIB | Di Baca : 1326 Kali

SeRiau - Adik dari Presiden kedua RI Soeharto, Probosutedjo, mengembuskan nafas terakhirnya pada pagi ini. Kabar itu didapatkan langsung dari putri Soeharto, Siti Hediyati Hariyadi alias Titiek Soeharto.

"Innalillahi wainailaihi rojiun telah wafat bapak H.Probosutedjo pagi ini jam 7.10 di RS Cipto Mangunkusomo. Semoga diampuni dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT," demikian kabar dari Titiek Soeharto, Senin (26/3).

Sebelum dimakamkan di Kemusuk, Yogyakarta, jenazah Probosutedjo akan disemayamkan di rumah duka di kediaman pribadinya, Jalan Diponegoro Nomor 20, Jakarta Pusat.

Probosutedjo semasa hidupnya dikenal sebagai pengusaha sukses. Pria yang lahir di Bantul 1 Mei 1930 itu merintis usaha tanaman industri. Selain itu, ia pun menaruhkan perhatiannya pada dunia pendidikan dengan membangun Universitas Mercubuana.

Lewat usahanya di bidang tanaman industri sebagai bos PT Menara Hutan Buana dan PT Wonogung Jinawi, Probo sempat terjerat kasus dana reboisasi hutan tanaman industri senilai Rp100,931 miliar pada 2003 silam.

Pada 22 April 2003 ia lalu divonis majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat empat tahun penjara karena kasus dalam proyek hutan tanaman industri di Kalimantan Selatan itu.

Pada 5 Januari 2006, Probosutedjo membayar uang pengganti Rp100,9 miliar sebagai pengganti kerugian negara lewat kuasa hukumnya kala itu, OC Kaligis. 

Probosutedjo menjalani hukuman di LP Sukamiskin, Bandung, dan bebas bersyarat pada 12 Maret 2008. Dari dalam penjara, ia mencetuskan ide mengembangkan padi organik, yaitu produksi padi tanpa bahan kimia.

Akhirnya, melalui PT Tedja Kencana Tani Makmur, ia terjun di bisnis padi organik. Ia menjalin pola kemitraan dengan para petani. Melalui wawancaranya dengan Antara, 15 Maret 2008 lalu, ia mengaku baru enam bulan memulai bisnis produksi padi.

Hubungan Keluarga dengan Soeharto

Jalan hidup Probosutedjo, termasuk kenangan dirinya sebagai adik dari Soeharto dituangkan dalam buku biografi yang ditulis Alberthiene Endah dan diterbitkan pada 2010 silam.

Dalam buku berjudul Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto itu Probo menegaskan polemik hubungan kerabat antara dirinya dan presiden kedua RI. Itu dimuatnya dalam Bab 1 dengan judul 'Saya bukan saudara tiri Mas Harto'. Isi bab itu sebanyak 42 halaman.

"Rumor yang menyebutkan saya saudara tiri Mas Harto menjadi satu dari sekian banyak kontroversi yang berkobar-kobar selama masa pemerintahan kakak saya di Bumi Pertiwi ini. Banyak orang menyangsikan status saya sebagai adik Mas Harto," demikian kutipan dari buku biografi tersebut pada halaman 38.

"Menghadapi pernyataan-pernyataan itu, saya selalu hanya tersenyum. Mas Harto, atau Soeharto, Presiden RI ke-2 adalah saudara kandung saya. Anak yang terlahir dari rahim ibu yang juga mengandung saya," demikian pernyataan penegasan yang berada pada halaman selanjutnya, halaman 39.

Namun, diakui Probosutedjo, Soeharto adalah kakak yang merupakan satu ibu lain bapak.

Soeharto adalah buah pernikahan ibunya, Soekirah, bersama Kertorejo yang kemudian berganti nama jadi Kertosudiro. Nama itu mengambil nama belakang kakek mereka Atmosudiro.

Namun, pernikahan itu seumur jagung, dan ibunya yang sedang mengandung Soeharto kembali ke rumah orang tua (halaman 44). Setelah lahir, Soeharto lalu dititipkan pada Mbah Kromodiryo, dukun beranak yang kebetulan memiliki seorang putri yang juga baru melahirkan. Sehingga, Soeharto pun ikut menyusu dari putri Mbah Kromo (halaman 45).

Selanjutnya, ibunda Soeharto menikah lagi dan berturut-turut melahirkan tujuh anak termasuk Probosutedjo (halaman 49).

Probo pula lah yang menjadi penggagas pendirian Museum Memorial Jenderal Besar HM Soeharto di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta. Probo bersama anak sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (Mbak Tutut) meresmikan museum tersebut pada 8 Juni 2013 silam.

Probosutedjo pun terjun ke dalam politik. Selain pernah berkecimpung di Golkar, pria yang kerap tampil dengan menggunakan peci hitam itu membangun partai PNI-Front Marhaenis pascareformasi. Partai itu dideklarasikan di Cikini, Jakarta Pusat pada 10 Februari 1999 dengan Probosutedjo sebagai Ketua Umum kala itu.

Partai ini kemudian berhasil menjadi satu dari 48 partai yang mengikuti pemilu 1999. Pada pemilu itu, PNI Front Marhaenis memperoleh 0,35 persen suara dan mendapatkan 1 kursi di DPR periode 1999-2004.

Terima Ahok dan Sandi di Pilkada DKI

Pada kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 silam, Probosutedjo mengundang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang merupakan gubernur petahana untuk bertandang ke kediamannya.

Hal itu diakui Ruhut Sitompul yang kala itu menjadi juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot. Ruhut mengatakan kunjungan Ahok ke kediaman Probosutedjo untuk memenuhi undangan yang diberikan. 

"Senang dengan Pak Ahok karena tahu prestasi-prestasinya, minta mengundang Pak Ahok ke rumahnya. Kami diundang, ngobrol-ngobrol, " kata Ruhut pada 16 Maret 2017.

Di waktu yang terpisah, pada 1 Mei 2017, giliran pesaing Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta, Sandiaga Uno yang mengunjungi Probosutedjo di rumahnya. 

Sandiaga mengaku ditemani oleh Titiek Soeharto saat mendatangi Probosutedjo. Di sana Probo menitipkan soal pendidikan kepada Sandi.

Meski menerima Ahok dan Sandi, Probosutedjo tidak mendeklarasikan dukungan kepada salah satu pasangan.

Jenazah Probosutedjo saat ini telah disemayamkan di rumah duka di Jalan Diponegoro. Di sana telah tampak sejumlah tokoh nasional, termasuk Menko Polhukam Wiranto dan ibunda Sandiaga Uno, Mien Uno.

Rencananya, jenazah Probosutedjo bakal diterbangkan ke Yogyakarta pada sore ini sebelum dikebumikan di pemakaman keluarga Gedong, Kemusuk, Bantul. (*JJ)


Sumber: CNN Indonesia





Berita Terkait

Tulis Komentar