Tak rela Indonesia dirampok, Prabowo ingin bersahabat dengan asing

  • Kamis, 22 Maret 2018 - 21:55:54 WIB | Di Baca : 1261 Kali

SeRiau - Pidato politik sang ketua umum Prabowo Subianto yang di unggah di lamanFacebook resmi Gerindra menuai polemik. Dalam video itu, Prabowo mengaku mendapatkan kajian tentang nasib Indonesia di 2030 yang diprediksi bakal bubar.

Prabowo merujuk kajian dari sebuah buku yang dibuat oleh ahli intelijen dari luar negeri. Namun dia tak menjelaskan Novel tersebut karya fiksi atau ilmiah. Di sisi lain, ada pihak menilai bahwa Gerindra dikenal menyuarakan narasi anti asing. Sementara Prabowo sebagai pilot partai merujuk dari kajian dari luar negeri.

Prabowo menegaskan, partainya bukanlah anti asing. Tetapi tak rela jika negara Indonesia yang alamnya kaya raya dirampas oleh asing.

"Oh saya tidak anti, kita tidak anti asing, kita mau bersahabat asing, tapi kita tidak mau dirampok, tidak mau dipecundangi asing. Kita mau bersahabat, bermitra. Kalo bangsa lain boleh makmur, kenapa orang Indonesia gak boleh makmur," tegas Prabowo saat ditemui di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Kamis (22/3).

"Kenapa rakyat kita selalu gajinya kecil, enggak bisa bayar ini bayar itu, rakyat kita gak bisa makan daging, kenapa, anak anak kita kontet, anak anak kita butuh protein, ibu ibu kita butuh protein, Kalau ibu ibu gak sehat anak anaknya juga gak akan sehat," tambahnya.

Mantan Danjen Kopassus memaparkan, hal seperti itu merupakan kewajiban. Rakyat Indonesia tidak boleh bodoh dan tetap mempertahankan kehormatan bangsa.

"Ini kewajiban kita, kewajiban saya, sebagai pemimpin saya harus bicara. Jadi bukan kita anti asing, kita mau bersahabat sama asing, kita butuh asing. Tapi kita jangan terlalu lugu, jangan kita biarkan kekayaan kita diambil dan elit kita diem, santai aja gitu loh," ujarnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Rian Ernest menilai keputusan Partai Gerindra menggunakan informasi dari asing untuk di sampaikan di mimbar terbuka, secara tidak langsung mengikis kredibilitas. Menurutnya, setelah sebelumnya gagal dalam narasi utang, kali ini melalui Ketua Umum dan Wakil Ketua Umumnya, Gerindra mengalihkan wacananya pada informasi yang diperoleh dari negara asing.

Padahal, lanjut Ernest, Gerindra dikenal sering menyuarakan narasi anti-asing. "Tidak masuk akal bila Gerindra mengakui validitas dan kredibilitas laporan negara asing tersebut. Alih-alih ingin membakar semangat kadernya, penggunaan informasi asing di muka mimbar ini justru dapat membuat publik bertanya-tanya tentang konsistensi Gerindra terhadap wacana 'anti-asing' yang sering mereka suarakan," sindir Ernest, Rabu (21/3). (*JJ)



Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar