Satgas Pangan pastikan tak ada telur palsu beredar di Indonesia!

  • Jumat, 16 Maret 2018 - 21:44:14 WIB | Di Baca : 1258 Kali

SeRiau - Satgas Pangan meluruskan informasi yang beredar di sejumlah media sosial soal keberadaan telur palsu. Kepala Satga Pangan, Irjen Setyo Wasisto, menegaskan pihaknya sudah melakukan pengecekan dan tes atau uji laboratorium.

Hasilnya, telur yang sempat dicurigai dan viral itu dipastikan telur asli. "Sampaikan ke masyarakat, tidak ada lagi yang namanya telur palsu. Ini udah diuji di laboratorium IPB (Institut Pertanian Bogor)," tegas Setyo di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (16/3).

Menurutnya, isu tersebut sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Apalagi beredar jelang pilkada dan bulan Ramadan.

"Kalau dihantam dengan isu telur palsu, masyarakat jadi ragu, akan menurunkan konsumsi perkapita. Juga akan menghantam industri peternakan ayam petelur. Yang rugi bangsa kita karena akan kekurangan protein," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Perbibitan dan Produksi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Sugiono, menambahkan isu telur palsu itu sangat sulit diterima secara logika. Sebab, pembuatan telur tiruan membutuhkan teknologi canggih dan biaya yang tak sedikit pula.

"Jadi telur produk biologis nggak akan bisa dipalsukan. Harga telur per kilo jelas Rp 20-23 ribu. Kalau mau dipalsukan berapa biayanya. Teknologi macem apa. Nggak mungkin bisa dipalsukan," kata Sugiono.

Ditambahkan, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syamsul Maarif, telur yang disebut palsu itu merupakan telur biasa tapi sudah lama. Akibat terlalu lama disimpan pastinya akan mempengaruhi kualitas telur tersebut.

"Kalau curiga telur palsu, bisa berhubungan langsung ke kami. Informasi yang disebarluaskan itu kami udah uji lab, bahwa telur itu enggak palsu. Mungkin cuma sudah terlalu lama," ujar Syamsul.

Lebih lanjut, Syamsul menjelaskan, sebenarnya telur lama tidaklah berbahaya untuk dikonsumsi selagi tak rusak kemasannya. Kecuali cangkangnya retak, otomatis telur tersebut rentan terkontaminasi dengan bakteri dan virus, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

"Makanya kita jangan simpan telur lama-lama lebih dari empat minggu. Nanti polisi lihat fenomena apa yang berkembang di masyarakat. Tapi saya tegaskan telur palsu itu nggak ada," jelasnya. (*JJ)


Sumber: Merdeka.com





Berita Terkait

Tulis Komentar