5 Jawaban tentang mengapa Premium saat ini sulit dicari

  • Kamis, 08 Maret 2018 - 07:33:46 WIB | Di Baca : 1311 Kali

SeRiau - Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium saat ini tengah sulit dicari. Hal ini membuat masyarakat terpaksa membeli BBM yang lebih mahal.

Wakil Ketua Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Azam Asman bercerita ketika dirinya melakukan kunjungan ke Surabaya, ada lima SPBU tidak tersedia Premium.

Maka dari itu, dia meminta Pertamina tidak mengurangi pasokan Premium ke beberapa daerah. "Di Surabaya saya keliling 5 SPBU itu tidak ada (Premium). Cepat habis, seperti setan masuknya Premium itu," katanya.

Dengan tidak tersedianya Premium, dia menilai jika Pertamina memaksa masyarakat untuk menggunakan Pertalite dan Pertamax. Padahal pemerintah sendiri tidak mengklaim mengurangi menjual Premium.

"Kalau tidak menjual BBM tertentu dia akan dikeluarin (Pertamina). Secara tidak langsung memaksa memakai Pertalite dan Pertamax," ujarnya.

Atas permasalahan ini, pemerintah pun buka suara mengenai penyebab Premium sulit dicari saat ini. 

1. Kuota Premium sengaja dikurangi

Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengakui penurunan kuota jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) atau Premium untuk 2018 dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menjadi sebab Premium sulit dicari beberapa waktu terakhir.

"Di 2017 memang kuota Premium ditetapkan BPH Migas yang di luar Jamali (Jawa Madura Bali) atau BBM penugasan itu 12,5 juta KL. Tapi di 2018 ditetapkan kuota BBM penugasan di luar Jamali sejumlah 7,5 juta KL," kata Hendry.

2 . Premium dikurangi diklaim akibat kesadaran masyarakat

Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengungkapkan rendahnya realisasi di 2017 disebabkan masyarakat sudah banyak yang beralih ke BBM jenis lain yang non subsidi yaitu Pertalite dan Pertamax. Peralihan tersebut, lanjutnya, juga didukung oleh banyaknya kendaraan bermotor keluaran terbaru yang lebih cocok menggunakan bahan bakar dengan oktan lebih tinggi.

"Masyarakat sudah lebih sadar, performa mesin di 2000 ke atas itu sudah menuntut untuk optimalisasi performa mesinnya, dan itu memang terasa memang kalau menggunakan Premium," jelasnya.

Hendry mengungkapkan salah satu pertimbangan menurunnya kuota BBM penugasan di 2018 adalah realisasi pada 2017 yang jauh di bawah kuota. Hendry mengatakan, di 2017, dari kuota JBKP sebesar 12,5 juta KL ternyata realisasinya hanya 5 juta KL.

"Dalam realisasi di 2017 untuk premium sekitar 5 juta KL, tapi BPH Migas berupaya untuk lebih mengamankan makanya kita lebihkan kuota tersebut jadi 7,5 juta KL (di 2018)," ujarnya.


3. Menko Luhut bantah Premium sengaja dikurangi

Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium kini mulai sulit ditemui di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) beberapa daerah. Hal ini memunculkan anggapan bahwa kelangkaan tersebut disengaja agar masyarakat beralih menggunakan bahan bakar Pertamax.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan pun menepis isu tersebut. Dia mengatakan bahwa pemerintah selalu memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga tidak mungkin menyusahkan masyarakat.

"Tidak juga lah, masa pemerintah nyusahin rakyatnya. Pemerintah selalu membuat sebaik mungkin agar masyarakat happy (bahagia)," kata Menko Luhut.

4. Pengusaha SPBU malas jual Premium

Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, menjelaskan alasan SPBU malas menjual Premium karena margin atau keuntungan dari penjualan Premium sangat kecil. Perbedaan dengan margin bahan bakar jenis lain cukup jauh sehingga mereka lebih memilih menjual jenis bahan bakar lain seperti Pertalite dan Pertamax.

"Kedua, dari SPBU sendiri karena margin premium lebih kecil dari pertalite atau pertamax, premium marginnya Rp 280 per liter, kalau pertalite Rp 400," ujarnya.

5. Stok dikurangi agar cukup hingga akhir tahun

Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Hendry Ahmad, mengatakan bahwa pihaknya telah terjun langsung ke lapangan menyelediki penyebab sulitnya menemukan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium di beberapa daerah.

Dia mengungkapkan ada dua hasil temuan, salah satunya yaitu penghematan stok Premium agar mencukupi sampai akhir tahun. "Indikasi di lapangan ada dua situasi yang terjadi, pertama ada beberapa wilayah yang karena kekhawatiran tidak cukup sampai akhir tahun mereka berusaha mengurangi," katanya.

(sumber Merdeka.com)





Berita Terkait

Tulis Komentar