Waspada Tumpahan Virus dari Langit

  • Kamis, 08 Februari 2018 - 07:23:19 WIB | Di Baca : 2024 Kali

SeRiau – Ada banyak cara untuk mematikan, apalagi, memusnahkan umat manusia. Saat ini yang terbaru adalah keberadaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence seperti robot dan senjata militer supercanggih.

Namun, ada senjata pemusnah massal lain yang bisa memberangus manusia dalam sekejap. Bahkan, hampir tak terlihat dan usianya diperkirakan sudah ribuan tahun. Senjata yang dimaksud adalah virus.

Senjata jenis ini menggunakan Patogen sebagai alat untuk melukai, melumpuhkan dan membunuh. Patogen bisa meliputi bakteri, virus, maupun organisme penghasil penyakit.

Senjata yang memiliki unsur toksin atau racun berbahaya juga disebut Senjata Biologi. Bangsa Romawi sudah memanfaatkan Senjata Biologi pada pedang yang dicelupkan ke pupuk dan sisa hewan yang membusuk sebelum berperang.

Ketika pedang dihunuskan ke tubuh musuh, akan memungkinkan bagi mereka terinfeksi penyakit, dan lebih parahnya lagi, mengakibatkan kematian.

Pada masa modern, salah satu negara yang terkenal dalam proyek Senjata Biologi adalah Jepang. Periode 1932-1935 negeri Matahari terbit ini mengerjakan program pembuatan Senjata Biologi di wilayah jajahan, China, yang bernama Unit 731.

Ada sekitar 3.000 ilmuwan Jepang yang terlibat dalam proyek ini untuk meneliti agen biologi yang dapat berpotensi sebagai senjata, seperti kolera, pes, atau bahkan penyakit seksual menular.

Untuk klasifikasi Senjata Biologi dipisahkan berdasarkan inang, taksonomi, sindrom yang ditimbulkan, efek yang dihasilkan, dari cara penyebarannya, serta respons praktis maupun yang menurut sifat fungsionalnya.

Salah satu keuntungan menggunakan Senjata Biologi adalah biaya produksi yang lebih murah dibandingkan senjata pemusnah massal lain seperti Senjata Kimia maupun Nuklir. Selain itu, waktu pembuatannya juga tidak terlalu lama.

Tak Tinggalkan Fosil

Ahli Virologi dari Universitas Cape Town, Afrika Selatan, Ed Rybicki mengakui kalau menelusuri asal-usul virus itu sulit, karena mereka tidak meninggalkan fosil.

Tak hanya itu, ia juga mengatakan virus menggunakan trik dengan cara 'menyalin dirinya sendiri' di dalam sel yang mereka masuki. Beberapa virus bahkan memiliki kemampuan untuk 'menjahit' gen mereka sendiri ke dalam sel yang mereka infeksi.

"Yang membuat prosesnya semakin rumit adalah virus tidak hanya menginfeksi manusia. Mereka dapat menginfeksi organisme, seperti bakteri yang ditularkan dari kuda maupun rumput laut ke manusia," kata Rybicki, seperti dikutip situs Scientificamerican, Rabu, 7 Februari 2018.

Fakta terbaru datang dari para ilmuwan dari tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada dan Spanyol. Mereka menyebut ada miliaran virus bertebaran dan mengelilingi atmosfer Bumi.

Mereka mengklaim bahwa virus-virus ini diangkut di bagian belakang partikel organik yang tersuspensi di udara dan gas, kemudian turun ke tanah.

Menurut salah satu ilmuwan, Curtis Suttle, ini bisa menjelaskan bagaimana virus yang identik secara genetik dapat ditemukan dalam jarak yang sangat jauh, dengan menumpang partikel-partikel kecil yang tersapu ke atmosfer.

Ia bersama ilmuwan lainnya, untuk pertama kali, menghitung jumlah virus yang tersapu dari tanah ke atmosfer. “Jumlahnya sangat besar, sampai miliaran per meter persegi," kata dia, seperti dikutip dari News.sky.

Suttle, ahli virologi dari Universitas British Columbia, AS, menambahkan, untuk virus dan bakteri yang tidak mencapai ketinggian stratosfer, mereka akan terangkat jauh di atas zona di mana cuaca kondisi cuaca sedang berubah.

Ia mengatakan bahwa pada ketinggian troposfer, mereka dapat dibawa ribuan kilometer sebelum dibuang kembali ke tanah. “Kami sudah mengidentifikasi ada sekitar 800 juta virus per meter persegi mengendap di atas lapisan batas planet kita,” ungkapnya.

Suttle menuturkan, miliaran virus dan puluhan juta bakteri per meter persegi terdeteksi sedang diangkut oleh atmosfer di lokasi platform yang tinggi di Pegunungan Sierra Nevada di Spanyol.

"Bakteri dan virus biasanya disimpan kembali ke Bumi melalui hujan dan gangguan alam lainnya seperti badai di Sahara. Sayangnya, hujan kurang efisien menghilangkan virus dan bakteri dari atmosfer," tutur dia.

Tinggalkan Bumi

Ancaman virus ini pulalah yang membuat Fisikawan Stephen Hawking punya ambisi besar, yaitu mendorong manusia meninggalkan Bumi dan mencari tempat hidup yang lebih aman dan nyaman.

"Saya ingatkan kalau kita (manusia) akan mengalami kepunahan akibat dari berbagai ancaman, seperti virus rekayasa genetika. Jika beruntung, manusia masih memiliki waktu 200 tahun untuk meninggalkan Bumi," katanya, mengingatkan, seperti dikutip Dailymail.

Hawking juga telah mengusulkan negara-negara maju untuk bekerjasama mengirim astronaut mereka ke Bulan pada 2020 dan Planet Mars lima tahun kemudian.

"Ketika kita membuat lompatan yang baru, seperti mendarat di Bulan, kita otomatis membawa penduduk beserta asal negara. Kita mengeksplorasi penemuan dan teknologi baru," tuturnya.

Bahkan, beberapa wabah virus yang muncul dan telah merenggut jutaan manusia ini dituding berasal dari luar Bumi, atau dibawa oleh Alien atau UFO.

Sejumlah virus tersebut adalah Ebola, HIV dan Zika. Mengutip situs IBTimes, Ebola adalah jenis penyakit yang pertama kali ditemukan pada 1976 di Sudan dan Kongo.

Meski sempat menghilang, namun muncul kembali menebar teror pada 2014 tersebut dijadikan bahan penelitian oleh seorang pakar kesehatan, Ashley Dale dari Bristol University.

Dalam penelitian tersebut ia membuat sebuah teori yang mengklaim Ebola sudah ada sejak zaman dinosaurus dan terus berevolusi. Lebih mengejutkannya lagi, Dale secara tegas mengatakan Ebola merupakan virus yang berasal dari planet lain.

Selanjutnya HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang dengan senyap sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

Menurut Profesor Chandra Wickramasinghe dari Buckingham Centre for Astrobiology, University of Buckingham, Inggris, HIV awalnya adalah virus pendiam, karena menyerap virus lain yang berasal dari luar Bumi.

Terakhir Zika. Mengutip Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Zika adalah virus yang dibawa oleh nyamuk dan bisa berdampak buruk, terutama pada ibu hamil.

Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh kampus yang sama didapat fakta kalau Zika memiliki kecenderungan lebih berbahaya.

Hal ini karena kemampuan virus tersebut menyerap DNA asing. Zika pun dimasukkan ke dalam virus extraterrestrial atau menggunakan gen dari luar Bumi. 

 

 

 

 

sumber viva





Berita Terkait

Tulis Komentar