Detik-Detik Proklamasi di Coastal Area 

Teater Sejarah Perjuangan Masyarakat Durai Rebut Kemerdekaan Pukau Pengunjung 

  • Kamis, 17 Agustus 2017 - 13:35:31 WIB | Di Baca : 2462 Kali

KARIMUN, SeRiau - Penampilan teater yang menceritakan perjuangan merebut kemerdekaan masyarakat di pulau paling ujung Kabupaten Karimun, yakni Pulau Durai Kecamatan Durai pada zaman penjajahan belanda membuat masyarakat yang menyaksikan sangat antusias. Teater itu ditampilkan seusai upacara peringatan detik-detik proklamasi di Coastal Area, Kamis (17/8). 

Awalnya, warga sudah berniat ingin membubarkan diri karena upacara telah usai, kemudian pertunjukan yang disampaikan hanya teater sebagiamana yang disampaikan oleh protokol. Namun ketika delapan orang mulai masuk ke tengah lapangan tepat pada tiang bendera mengenakan seragam tentara belanda, dilengkapi senjata api plus kendaraan roda empat dan motor antik BSA, warga pun mulai merapat, bahkan sampai mengerumini depan panggung VIP. 

Adegan yang diperankan pun membuat hadirin sempat tersentak kaget karena suara dubing yang terlebih dahulu telah direkam termasuk suara tembakan dan suara meriam membuat suasana seolah mirip dengan aslinya. 

Cerita yang mengisahkan tewasnya sang pahlawan, Kapten Mohtar di Durai itu membuat suasana hening. Ketika ia gugur, para pejuang sempat kewalahan karena jumlah mereka semakin berkurang. 

Sementara penjajah belanda terus merangsek ke pemukiman penduduk. Bahkan saat dikirim pasukan bersenjata oleh masyarakat pulau Guntung-Riau pun tetap kalah dan banyak yang tewas.  Namun ketika masyarakat mulai ikut bergabung mengusir penjajah dengan senjata seadanya, mulai dari parang, bambu runcing dan senjata api rakitan. Membuat belanda ketakutan dan banyak musuh yang tewas. Bendera belanda yang terpasang pada mobil penjajah pun dirobek pada warna bagian biru, sehingga menjadi warna merah putih sebagai bendera Indonesia yang langsung dikibarkan. 

Tak sedikit pengunjung yang terpukau bahkan sampai meneteskan air mata karena larut dalam kesedihan dari alur cerita peperangan zaman penjajahan. 

"Suasana dan dubbingnya keren, seolah kita tengah berada pada zaman penjajahan sehingga membuat bulu kuduk merinding," ucap beberapa staf di DPRD Karimun yang sempat menyeka pipinya karena meneteskan air mata. 

Bupati Karimun Aunur Rafiq pun memberikan apresiasai terhadap sekitar 60 pemeran dalam teater tersebut, yang menggambarkan betapa sulitnya pada waktu itu merebut kemerdekaan berbekal darah dan air mata. 

"Mari sama-sama kita maknai kegiatan peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI ke 72. Dimana tema dari kegiatan ini secara nasional disamapikan yaitu Kerja Bersama, Bersama Kerja. Artinya pemerintah memandang dan melihat  bahwa itu merupakan makna dari sebuah gotong royong yang dilakukan oleh maysarakat Indonesia," katanya. 

Ia pun mengaku bangga menjadi warga negara Indonesia dan warga masyarakat Kabupaten Karimun, karena semangat gotongroyong telah tumbuh sejak lama dan saat ini pun sudah dicanangkan aplikasi gotongroyong berupa Sabtu Bersih. Sebagai bentuk gambaran kebersamaan dan kekeluargaan. 

"Oleh karena itu tentunya dengan emangat ini dan semangat proklamasi saya berharap dan saya berpersan agar syukuri nikmat yang diperoleh atas berkat dan rahmat Allah SWT. Dalam hal ini bersama secara konkrit kerja bersama melaksanakan tugas dan kewajiban secara ikhlas, guna meningkatkan kualitas hidup, memberikan kesejahteraan masyarakat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa," pesannya. 

Usai rangkaian upacara detik-detik proklamasi serta pertunjukan, Rafiq didampingi wakilnya Anwar Hasyim, Sekda Karimun M Firmansyah serta para Kepala FKPD melakukan tabur bunga pada perairan depan Tugu MTQ. Kemudian meresmikan pertandingan rakyat yang digelar di tanah lapang depan Coastal Area atau samping mercusuar.(*)





Berita Terkait

Tulis Komentar