LSI Denny JA Usul Pelonggaran PSBB Dimulai dari Jakarta


SeRiau - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengusulkan pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai dari daerah sekitar DKI Jakarta. Usul itu menjadi salah satu simpulan dari riset berjudul 'Indonesia Kembali Bekerja: Lima Kisi-kisi'.

Peneliti LSI Denny JA Ikram Masloman mengatakan pelonggaran PSBB bisa dilakukan mulai dari daerah-daerah yang sudah mengalami penurunan tambahan jumlah kasus.

"Pertama, dimulai dengan daerah yang grafiknya mulai menurun, rekomendasi kami adalah lima daerah berikut, DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Bandung Barat, dan Provinsi Bali," kata Ikram dalam rilis survei yang disiarkan langsung via aplikasi Zoom, Sabtu (16/5).

Dalam riset itu, Ikram mencantumkan grafik pertambahan kasus dari lima daerah tersebut. Data dikutip LSI Denny JA dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan beberapa pemda.

DKI Jakarta pertambahan kasus baru tak sampai 200 kasus pada 13 Mei. Angka penambahan tertinggi tercatat pada 9 April dengan hampir 250 kasus baru per hari.

Kemudian di Kota Bogor, penambahan kasus baru per hari nyaris nol pada 9-13 Mei. Di Bandung Barat, kasus baru per hari tidak pernah melebihi 4 kasus.

Sementara di Kabupaten Bogor, paling tinggi bertambah 3 kasus baru setiap hari sejak masuk bulan Mei. Adapun di Bali, penambahan kasus tertinggi terjadi pada 3 Mei dengan 25 kasus baru.

"Dari grafik ini, kecenderungan menurun. Sehingga rekomendasi kami karena konsisten menunjukkan penurunan kasus pasca PSBB, maka Jakarta bisa ditoleransi untuk bisa dibuka atau mulai bekerja," ucapnya.

Selain alasan statistik kasus yang menurun, Ikram juga menyinggung soal aspek ekonomi. Dia berpendapat kota-kota itu perlu segera dilonggarkan untuk membangkitkan perekonomian.

"Kita tahu DKI Jakarta menguasai lebih dari 30 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga mungkin perputaran ekonomi di daerah central ini mempercepat pemulihan," ujarnya.

Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. LSI Denny JA mengggunakan data sekunder dari tiga lembaga, yakni Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, situs Worldometers, dan WHO. (**H)


Sumber: CNN Indonesia