Karhutla di Riau Bisa Picu Hipoksia

  • by Redaksi
  • Selasa, 17 September 2019 - 06:47:05 WIB

 

SeRiau - Asap sisa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau menyebabkan 15 ribu jiwa terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) berdasarkan data Kemenkes RI. Namun, bahaya kesehatan lainnya juga berisiko besar yakni kekurangan oksigen atau hipoksia.

Bencana kebakaran hutan kembali melanda sebagian wilayah Indonesia yang berdampak pada kabut asap yang akan berdampak dengan kesehatan masyarakat. Berdasarkan penelitian, terdapat beragam penyakit akibat karhutla yang berkaitan dengan ISPA 

"Kami pernah melakukan penelitian mengenai hal tersebut 4 tahun lalu. Metode dilakukan dengan cara survei online pada masyarakat yang terkena dampak asap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama terpapar asap akan menyebabkan iritasi pada mata, batuk, sesak napas, pilek dan sakit tenggorokan," ujar spesialis penyakit dalam, dr. Ari F. Syam Sp.PD, Senin 16 September 2019.

Secara umum jika kualitas udara tidak baik karena asap, lanjut dokter Ari, maka yang akan berpengaruh kadar oksigen. Kekurangan oksigen akan menyebabkan hipoksia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan.

"Hipoksia seharusnya kita hindari apalagi pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pada pembuluh darah, baik pada pembuluh darah otak maupun pembuluh darah jantung. Kadar oksigen yang rendah menyebabkan jantung akan mengalami penurunan suplai oksigen yang berat yang yang dapat menyebabkan terjadinya infark atau kematian jaringan," tambahnya.

Begitu pula pada orang yang sudah mempunyai permasalahan pembuluh darah otak, kekurangan oksigen dapat memperburuk kondisi pasien hingga mengakibatkan pasien tidak sadarkan diri. Dokter Ari menambahkan, penelitian membuktikan bahwa kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung.

"Pertanyaan selanjutnya adalah, berapa persen penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat asap yang menutupi Pekanbaru dan kota-kota lain di Indonesia yang tertutup kabut asap? Hal ini yang harus dijawab terlebih dahulu sehingga kita bisa memprediksi terjadinya hipoksia pada masyarakat akibat dari turunnya kadar oksigen dari udara tersebut," terangnya.

Dokter Ari mengakui memang perlu penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen sehingga dampak pada masyarakat dapat diprediksi dan diantisipasi. Untuk sementara memang masyarakat dianjurkan untuk tidak terhirup asap dan mencegah untuk tidak berada di luar rumah saat jumlah asap masih tinggi.

 

 

 

 

Sumber VIVA.CO.ID