AHY: Demokrat Tidak Ingin Angkatan Kerja Muda Justru Menjadi Bencana


SeRiau - Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono menjabarkan tantangan yang dihadapi Indonesia lima tahun ke depan, baik dalam perspektif dunia internasional maupun nasional.

Agus mengungkapkan, Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam hubungan internasional, seperti G-20. Untuk itu, dia mengingatkan, tantangan seperti dinamika hubungan antar negara yang diwarnai kerjasama, kompetisi, dan konfrontasi akan dihadapi Indonesia.

Selain hubungan secara internasional, Demokrat juga memotret sejumlah tantangan secara nasional. Putra SulungSBY ini mengatakan, salah satu tantangan utama dalam negeri adalah memaksimalkan bonus demografi.

"Kita tidak ingin angkatan kerja muda, justru menjadi bencana, karena tidak memiliki kapasitas, produktivitas dan daya saing yang tinggi. Pendidikan menjadi kuncinya. Baik pendidikan formal, informal maupun yang bersifat vokasional atau pelatihan keterampilan kerja," katanya dalam Pidato Politik Partai Demokrat di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat (1/3).

Selanjutnya, AHY menjelaskan, Indonesia harus mampu menyusun strategi untuk mencapai target Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Ini untuk memenuhi kebutuhan energi dan pangan yang semakin meningkat.

Sementara di bidang pangan, dia mengungkapkan, harus ada upaya untuk mengurangi ketergantungan impor pangan. Sehingga harus ada solusi atas tren penurunan lahan pertanian dan berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian.

"Diperlukan pula, pengembangan teknologi dan tata kelola pertanian agar produksi dan produktivitas makin meningkat, tanpa merusak lingkungan," ujarnya.

Walaupun banyak tantangan, AHY menegaskan, masih ada peluang Indonesia menghadapi kompleksitas tantangan global dan nasional itu. Indonesia memerlukan kepemimpinan nasional yang kuat, visioner dan adaptif. Serta pemerintahan responsif, efektif dan rela bekerja keras.

"Pemimpin yang kuat mampu mengatasi segala permasalahan bangsa, mampu membuat Indonesia semakin kuat dan maju, serta mampu memperjuangkan kepentingan nasional dalam hubungan internasional. Pemimpin yang visioner, mampu melihat peluang dan mengatasi tantangan bangsa di awal abad 21. Dan Pemimpin yang adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan zaman, tanpa kehilangan kepribadian dan jati diri bangsa," tutupnya. (**H)


Sumber: Merdeka.com