Ekonomi Indonesia Lebih Kuat Dibanding saat Krisis 1998

  • by Redaksi
  • Sabtu, 08 September 2018 - 13:51:53 WIB

SeRiau - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini dinilai berbeda jauh dibandingkan 1998.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari fundamental ekonomi dan beberapa indikator makro yang ada. ”Jauh berbeda. Dari berbagi indikator makro, saat ini kondisi kita jauh lebih kuat dibandingkan 1998 sehingga sama sekali tidak mengkhawatirkan,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Aji Sofyan Effendi dalam keterangan tertulisnya.

Aji mengatakan, fundamental ekonomi era Soeharto, sangat rapuh. Hal ini dibuktikan ketika pelemahan menimpa mata uang negara-negara Asia Tenggara, hanya Indonesia yang tidak bisa bangkit.

Sementara Singapura dan Malaysia cepat bangkit. Termasuk baht Thailand yang mengalami pelemahan cukup parah. Bertolak belakang dengan 1998, menurut Aji, fundamental ekonomi Indonesia yang dibangun pemerintahan Jokowi sangat kuat sehingga tidak mungkin merembet ke krisis moneter, apalagi krisis kepercayaan kepada pemerintah.

Dua indikator makro terkait kuatnya fundamental ekonomi Indonesia saat ini, kata Aji, adalah pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,2–5,3%, sedangkan inflasi juga bagus, di bawah 5%.

”Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi adalah indikator terpenting. Ibarat manusia, keduanya adalah jantung. Dan karena masih kuat, dipastikan bahwa kondisi Indonesia masih sangat aman,” kata dia.

Terpisah, guru besar Universitas Indonesia (UI) Budyatna juga setuju bahwa kondisi 1998 dan saat ini sangat berbeda jauh. ”Dulu terjadi krisis moneter, saat ini tidak.

Sekarang, tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan Jokowi masih sangat tinggi, sedangkan 1998, kepercayaan terhadap Soeharto begitu anjlok,” katanya. Tingginya kepercayaan kepada Jokowi, menurut Budyatna, tidak lepas dari kinerja pemerintah yang baik serta sikap antikorupsi Presiden Jokowi. (**H)


Sumber: Koran SINDO