Mobil Produksi RI Bakal Banyak Beredar di Australia

  • by Redaksi
  • Jumat, 07 September 2018 - 13:56:24 WIB

SeRiau - Pemerintah Indonesia dan Australia akan segera merampungkan kesepakatan perundingan perdagangan komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) pada November 2018. Kedua menteri perdagangan negara tersebut pun telah menandatangi nota kesepahaman penyelesaian pembahasan IA-CEPA di Istana Bogor, 31 Agustus lalu.

Banyak kalangan pun yang menilai, perjanjian kerja sama yang memangkas tarif perdagangan menjadi nol persen ini hanya akan membanjiri Indonesia dengan produk-produk Australia saja. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perdagangan Indonesia dengan negara tersebut masih mengalami defisit US$1,37 miliar sepanjang Semester I 2018.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Imam Pambagyo mengatakan, perjanjian perdagangan tersebut tidak dapat hanya dilihat dari sisi perdagangan barang saja. Sebab, meski neraca perdagangan Indonesia-Australia masih defisit, masih banyak peluang kerja sama lainnya yang dapat diperoleh Indonesia melalui IA-CEPA.

"Saya rasa tidak perlu khawatir soal neraca. Ini ada jasa dan investasi. Jadi kita sadar mengenai itu, negosiasi ini bukan soal barang saja. Mana yang bisa kita ekspor ke Australia termasuk profesional tenaga kerja," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat, 7 September 2018.

Dia menjabarkan, beberapa keuntungan lain yang dapat diperoleh Indonesia dengan kerja sama ini adalah Indonesia diproyeksikan menjadi pusat pengolahan produk komoditas Australia. Kemudahan akses berbagai bahan baku dan penolong murah serta berkualitas dari Australia, seperti gandum, sorghum dan barley akan dijamin. 

Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan menjadi pemasok mobil ke Australia, terutama mobil jenis hybrid dan listrik. RI pun akan diberikan berbagai kemudahan ekspor otomotif ke negara kanguru tersebut.

"Sektor otomotif di Australia sudah tidak ada lagi pabrik. Ini kesempatan sektor otomotif Indonesia masuk dan menyerap teknologinya. Kurang dari 10 persen pangsa pasar kita dan ini kita mendapat tambahan akses pasar," katanya.

Di sisi investasi, lanjut dia, melalui IA-CEPA, Investor Australia diharapkan akan mendapatkan kemudahan untuk berinvestasi di sektor keuangan, agribisnis, pariwisata, pertambangan, rumah sakit, infrastruktur dan pendidikan. Namun demikian, untuk sektor strategis, Indonesia tetap memiliki kontrol atas jumlah investasi asing yang masuk melalui peraturan terkait Daftar Negatif Investasi (DNI).

Sedangkan dari sektor jasa, kata dia, perjanjian tersebut memberikan ruang bagi untuk menambah working permit mencapai 5.000 orang, atau naik 5 persen per tahun. Sementara itu, juga ada pertukaran tenaga kerja antar perusahaan Indonesia-Australia dalam rangka transfer of knowledge.

"Capaian ini merupakan momentum yang tepat bagi kedua negara di tengah situasi saat ini dan cukup signifikan. Karena dua negara ekonomi besar di kawasan ini bisa kerja sama," ungkapnya. (**H)


Sumber: VIVA