Koalisi Saudi Akui Ada Kesalahan dalam Serangan Maut di Yaman

  • by Redaksi
  • Ahad, 02 September 2018 - 05:27:37 WIB

SeRiau - Koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Huthi di Yaman mengakui telah membuat kesalahan dalam serangan udara mematikan pada Agustus lalu yang membunuh 40 anak-anak.

Pengeboman di sebuah pasar yang ramai di bagian selatan Yaman yang dikuasai pemberontak Huthi saat itu menewaskan total 51 orang menurut Palang Merah Internasional. Serangan di provinsi Saada, 9 Agustus itu juga melukai 79 orang dimana 56 di antaranya adalah anak-anak.

Insiden tersebut memicu gelombang protes dari masyarakat internasional yang marah dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk melakukan investigasi yang kredibel dan transparan.


Dilansir dari AFP, juru bicara koalisi Saudi, Mansour al-Mansour mengatakan bahwa penyelidikan yang dilakukan telah menemukan ada kesalahan terjadi sebelum serangan dilakukan. Mansour pun menyatakan orang-orang yang bertanggung jawab atas kesalahan itu akan menerima hukuman.

Dia mengatakan dalam jumpa pers di Riyadh bahwa "sudah ada perintah untuk tidak menargetkan bus yang berada di kawasan penduduk sipil, namun perintah itu terlambat diketahui".

Kesalahan lain adalah "target serangan tidak menghadirkan sebuah ancaman mendesak dan menargetkan bus di kawasan penduduk tak dapat dijustifikasi," kata dia.

Koalisi Saudi sebelumnya mengakui telah menargetkan bus yang mereka klaim membawa para pemberontak. Mansour mengulangi berdasarkan laporan intelijen, bus itu telah membawa para pemimpin pemberontak Huthi. Namun dia mengatakan serangan tersebut telah menciptakan kerusakan berantai.

Koalisi Saudi kerap dituduh telah melakukan berbagai kesalahan di Yaman. Mereka mengakui sebagian di antaranya, namun juga kerap menyangkal sambil menuding hal itu dilakukan oleh pemberontak Huthi yang berbaur dan menjadikan masyarakat sebagai tameng.

Intervensi oleh koalisi Saudi di Yaman dimulai sejak Maret 2015 silam setelah Huthi melengserkan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi dan menguasai sebagian negara.

Hingga saat ini konflik di Yaman telah menyebabkan korban tewas hampir 10 ribu orang. PBB menyebutnya sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

PBB berencana menginisiasi pertemuan antara pemerintah Yaman dan delegasi Huthi di Jenewa pada pekan depan untuk memulihkan kembali proses negosiasi yang rusak pada 2016 lalu.

Kedua pihak yang bertikai menunjukkan sikap pesimisme jelang pertemuan, namun Menteri Luar Negeri Yaman mengatakan pada Sabtu bahwa pemerintah akan memanfaatkan momen tersebut sebagai kesempatan membangun rasa saling percaya.

"Yang paling penting," kata Khalid al-Yamani kepada kantor berita pemerintah Saba, "pemerintah menginginkan kemajuan dalam hal pembebasan para tahanan dan korban penculikan, mengakhiri pengepungan kota, memberi ruang untuk penyaluran bantuan kemanusian dan membayar gaji pegawai negeri sipil yang berada di wilayah pemberontak."

Penyelidik dari PBB pada pekan lalu mengatakan bahwa semua pihak dalam konflik Yaman mungkin telah melakukan kejahatan perang. Dia menyoroti sejumlah insiden seperti serangan udara mematikan, kekerasan seksual, dan perekrutan anak-anak untuk dijadikan sebagai tentara perang. (**H)


Sumber: CNN Indonesia