BUMN Dijual Diam-diam, Prabowo: Negara di Ambang Kehancuran


SeRiau - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengungkapkan rasa kecewanya terhadap kondisi Badan Usaha Milik Negara atau BUMN di Indonesia yang saat ini dinilainya telah dijual oleh pemerintah secara diam-diam. Padahal, kata dia, BUMN adalah pertahanan terakhir bagi ekonomi suatu bangsa.

Dia mencontohkan, ekonomi negara-negara maju dapat terus bertahan dalam setiap perkembangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian adalah karena perekonomian mereka yang ditopang dan didominasi oleh perusahaan-perusahaan BUMN.

"Singapura ekonominya 80 persen BUMN. RRT, Rusia, China, India, BUMN itu adalah pertahanan mereka yang buat mereka berkembang dan tambah kaya. Di Inggris, eropa, semua bank, termasuk bank retail telah diambil alih negaranya supaya kapitalis bankir tidak bawa lari uang rakyat kecil," ucapnya dalam acara Ijtima Ulama di Hotel Menara Peninsula Jakarta, Jumat 27 Juli 2018.

Dia mengungkapkan, bukti dari diam-diamnya pemerintah menjual BUMN adalah sebagaimana kasus yang terjadi pada Pertamina dengan meminta izin untuk melakukan aksi korporasi penjualan aset, hingga aksi perbankan yang menerbitkan surat utang.

“Pertamina sebagian dijual, Garuda bangkrut, PLN bangkrut, perusahaan gas negara bangkrut, BRI meneribtakan bond. Bank terbitkan bond berarti dia utang, berarti enggak ada uang di bank itu. Kita mau pinjem uang ke bank, banknya pinjem uang dulu," kata mantan Komandan Jenderal Kopasssus itu.

"Mandiri terbitkan global bond US$250 juta. Tapi diam-diam. Terus, Rini (Menteri BUMN) juga ditanya, ada aset Pertamina dijual? Dia bilang, ‘Oh saya lupa yah,’" lanjut Prabowo.

Karena kondisi BUMN tersebut, dia mengatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini sedang sakit dan dalam ambang kehancuran. Oleh karenanya, dia menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia mengganti presidennya.

"Kalau diukur stadium sudah lanjut. Sudah agak lanjut lah. dibutuhkan upaya besar untuk selamatkannya. Dan saya kira jelas kalau kita lihat sepakbola, kalau sudah ada klub sepakbola yang kalah-kalah berarti sudah angkat tangan sebetulnya. Kalau mau bangkit menang ya manajernya harus diganti. Jadi intinya bahwa negara dalam ambang kehancuran," tegas mantan Panglima Kostrad itu. (**H)


Sumber: VIVA