Pindah Partai karena Uang, Politisi Kutu Loncat Dinilai Bermoral Rendah


SeRiau - 16 Partai peserta pemilu telah merampungkan pendaftaran bakal calon legislatif pada Selasa (17/7). Momentum pendaftaran ini dimanfaatkan sejumlah politisi untuk berbondong-bondong pindah partai.

Peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris mengatakan fenomena ini menunjukkan moral politisi rendah. Serta, memperlihatkan sikap pragmatis politisi yang mudah sekali membelot ke partai lain

"Sangat memprihatinkan fenomena kutu loncat itu sebab menunjukkan kualitas moralitas politisi kita itu rendah. Kedua menunjukkan pragmatisme politik luar biasa sehingga seolah-olah kapan saja politisi bisa pindah-pindah parpol padahal itu sama sekali tidak patut, tidak etis dilakukan," ujarnya di kawasan Senayan,Jakarta Selatan, Kamis (19/7).

Dia menyayangkan kalau benar dalam kepindahan politisi ada duit yang mendasari kepindahan ke partai lain. Menurutnya, anggota legislatif yang dihasilkan bakal tak bertanggungjawab.

"Kalau isu bahwa caleg-caleg itu pindah parpol dengan nilai transfer dalam hitungan miliar rupiah bagi saya sangat gila," kata Syamsuddin.

Syamsuddin menyebutkan bahwa partai yang memberi mahar politik itu sama saja bagai event organizer (EO). Itu menunjukkan kemunduran bagi dunia politik Indonesia.

"Partai enggak lebih sebagai EO, event organizer aja ini kan suatu setback bagi bangsa kita," pungkasnya.

Sejumlah politisi berpindah-pindah partai saat pendaftaran caleg ini. Bahkan, transfer politisi ini diiringi dengan isu iming-iming duit yang melatarbelakangi. Salah satu yang berhembus adalah kepindahan Lucky Hakim dari PAN ke NasDem dengan mahar Rp 5 miliar. PAN mengakui kebenaran duit tersebut, namun pihak Lucky dan NasDem membantahnya. (**H)


Sumber: Merdeka.com