Trump: Saya Bisa Keluar dari NATO, Tapi Itu Tak Perlu


SeRiau - Presiden Donald Trump mengatakan dirinya bisa saja membawa Amerika Serikat keluar dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tapi hal tersebut tak perlu dilakukan.

Pernyataan itu dilontarkan pada Kamis (12/7), menanggapi pertanyaan wartawan soal serangkaian kata-katanya belakangan ini.

Dalam beberapa hari terakhir, Trump kembali mendesak negara-negara anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanannya.

Trump, ketika ditanya apakah ia mengancam untuk keluar dari NATO, menjawab: "Saya rasa saya bisa, tapi itu tak diperlukan. Mereka telah meningkatkan hari ini seperti yang tak pernah dilakukan sebelumnya."

Masih dalam konferensi pers yang sama, usai Konferensi Tingkat Tinggi NATO, Trump mengatakan dirinya akan sangat kesal jika negara lain tak meningkatkan anggaran pertahanannya.

"Saya mengatakan kepada orang-orang bahwa saya akan sangat kesal jika mereka tidak mempertahankan komitmennya dengan sangat substansial. Karena Amerika Serikat selama ini membayar sangat besar kemungkinan 90 persen biaya NATO," ujarnya dikutip CNN.

Trump kemudian mengatakan para sekutunya sepakat untuk meningkatkan anggaran.

"Semua sepakat untuk secara substansial memegang komitmennya. Mereka akan meningkatkannya di tahap yang tak pernah mereka pikirkan sebelumnya," kata Trump.

Banyak anggota NATO sudah berupaya untuk meningkatkan komitmen finansialnya dalam beberapa tahun belakangan, jadi belum jelas apa yang dimaksud oleh Trump.

"Sekarang kami sangat bahagia," kata Trump.

Dalam perjalanan menuju Brussels untuk menghadiri KTT NATO, Trump sudah berkicau menyebut 28 negara anggota selama ini tidak cukup banyak berkontribusi secara finansial jika dibandingkan dengan negaranya.

Di KTT sebelumnya pada 2014 lalu, para anggota sepakat menyisihkan setidaknya 2 persen dari produk domestik bruto (GDP) masing-masing untuk anggaran pertahanan pada 2024.

Amerika Serikat menghabiskan 3,5 persen GDP untuk pertahanan, tahun lalu, dan jauh lebih besar di tahun-tahun sebelumnya. Sementara, hanya tiga negara anggota NATO yang melampaui ambang 2 persen tahun lalu.

Menurut data NATO, hanya Inggris, Yunani dan Estonia yang memenuhi kewajiban itu pada 2017 lalu. Di tahun yang sama, Polandia tergelincir ke bawah ambang batas dengan angka 1,99 persen, saat negara-negara lain tak pernah melampaui titik yang direkomendasikan sejak 2010. (**H)


Sumber: CNN Indonesia