Libur Panjang Lebaran, PLN Kehilangan Pendapatan Rp10 Triliun


SeRiau - PT PLN (Persero) mengklaim kehilangan potensi pendapatan nyaris Rp10 triliun selama periode libur Lebaran 2018, karena penurunan konsumsi listrik, terutama dari sektor industri dan rumah tangga.

"Kalian kan mematikan lampu. Jadi, hilangnya pendapatan dari konsumsi masyarakat yang menurun," ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (9/7). 

Jika dibandingkan dengan target penjualan tahun ini yang mencapai Rp300 triliun, pendapatan yang menguap tersebut setara dengan tiga persen.

Sofyan mengungkapkan setiap tahun perseroan telah memprediksi penurunan penjualan selama musim mudik Lebaran. 

Tahun ini, potensi pendapatan yang menguap cukup besar karena masa libur yang lebih panjang, yaitu dari yang sebelumnya sebelas hari menjadi 14 hari libur hingga hari kerja efektif. 

Sebelumnya, GM PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya (Dis Jaya) M Ikhsan Asaad bilang selama libur Lebaran, konsumsi listrik di DKI Jakarta saja akan turun sampai separuh dari beban puncak rata-rata pada hari normal.

Dari yang biasanya mencapai 5 ribu MegaWatt (MW) menjadi tinggal 2.500 MW hingga 3 Ribu MW. 

Meskipun masa libur yang lebih panjang ditetapkan oleh pemerintah, kehilangan potensi pendapatan tersebut menjadi tanggung jawab perseroan. Karenanya, pemerintah tidak akan mengganti biaya yang tetap keluar meskipun tidak terserap. 

Secara terpisah, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ramson Siagian menilai pemerintah seharusnya menanggung biaya tetap yang dikeluarkan perseroan selama libur Lebaran. Pasalnya, penetapan libur yang lebih panjang dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan evaluasi perseroan, Ramson menyebutkan biaya tetap yang harus dikeluarkan perseroan selama libur Lebaran minimal mencapai Rp4 triliun. 

"Seharusnya, minimal, biaya tetap diganti oleh pemerintah," tandasnya. (**H)


Sumber: CNN Indonesia