Ngeri! Tak Disangka Pabrik Alat Elektronik Punya "Rahasia Kotor"


SeRiau - Kita tentunya sudah tidak asing dengan alat-alat elektronik di dalam kehidupan kita. Dalam aktivitas sehari-hari kita menggunakan barang elektronik seperti handphone dan televisi.

Mungkin kita merasa kalau perangkat-perangkat ini tidak berbahaya. Tapi siapa sangka, ternyata proses produksi dari komponen yang digunakan dalam perangkat tersebut memiliki rahasia yang buruk.

Rahasia ini diungkapkan dalam film dokumenter berjudul Cerita dari Ruang Bersih yang disutradarai oleh organisasi Rights of People in Semiconductor Industry (SHARPS). Film dokumenter ini diputar untuk pertama kalinya di kantor Greenpeace Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan pada Jumat (20/06/2018).

Film yang berdurasi sekitar 30 menit ini mengungkap pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kesehatan dalam industri elektronik di Korea Selatan yang melakukan praktik-praktik industri beracun. Dalam film dokumenter ini terdapat 23 kesaksian dari korban dan keluarga korban yang terpapar bahan kimia beracun saat mereka bekerja membuat LCD dan chip yang digunakan dalam perangkat elektronik.

Ternyata akibat dari paparan bahan kimia yang berbahaya seperti solvent atau pelarut, logam berat, polutan organik persisten, dan senyawa-senyawa karsinogenik ini dapat menyebabkan penyakit-penyakit serius seperti kanker dan tumor otak, leukimia, lupus, gagal ginjal, dan infertilitas.

Sampai saat ini, SHARPS telah mendokumentasikan lebih dari 300 kasus penyakit akibat kerja yang parah dan mematikan terkain dengan paparan di tempat kerja dalam industri elektronik di Korea Selatan dan berniat menuntut perusahaan untuk tidak menggunakan bahan kimia berbahaya.

"Konsumen dan pekerja memiliki hak untuk mengetahui identitas bahan kimia yang digunakan dalam produk yang mereka gunakan, tetapi pihak perusahaan menolak dengan alasan rahasia perusahaan," ujar Yuyun Ismawati, Senior Advisor dari BaliFokus, sebuah organisasi non-pemerintah yang memperjuangkan isu-isu terkait kimia dan limbah. (**H)


Sumber: detikHealth