Survei: Saudi Tetap Jadi Negara Berbahaya bagi Perempuan


SeRiau - Untuk pertama kalinya setelah setidaknya tiga dasawarsa, Ahad lalu perempuan Arab Saudi akhirnya diperbolehkan mengemudi. Namun di tengah gempita itu, sebuah survei menyebut bahwa Saudi masih menjadi salah satu negara paling berbahaya untuk wanita. 

Bersama Saudi, survei Thomson Reuters Foundation menyebut negara lain yang paling berbahaya untuk perempuan yakni India, Afghanistan, Suriah, dan Somalia. 

Survei itu didapat dari 550 ahli dalam isu perempuan. Nama Saudi tetap masuk meski ada pencabutan larangan mengemudi karena kebijakan dan kesempatan ekonomi yang diskriminatif, serta buruknya angka kekerasan dalam rumah tangga.

Hal lain yang juga menjadi sorotan adalah soal perwalian. Perempuan Saudi harus mendapat izin dari suami atau kolega laki-laki untuk bekerja, menikah, bepergian, bahkan untuk mendapat pengobatan.

"Perwalian adalah rantai di setiap leher perempuan Arab Saudi," kata Ahlam Akram, direktur Dukungan Arab Inggris untuk Hak Universal Perempuan. 

Kemajuan atau propaganda?

Akhir-akhir ini di bawah Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman, Saudi mengalami berbagai perubahan drastis. 

Meski begitu, tetap saja ada penahanan terhadap aktivis yang mengkampanyekan hak perempuan untuk menyetir dan mengakhiri sistem perwalian. 

"Di bawah suasana yang diciptakan oleh monarki absolut yang tidak memberi toleransi atas tentangan terhadap otoritas, sangat sulit bagi perempuan untuk melawan," kata Hala Aldosari, aktivis HAM Saudi yang berada di Amerika Serikat.

Ia menyebut penangkapan terhadap para aktivis yang menyerukan reformasi ini akhirnya membuat berkurangnya dukungan terhadap perempuan yang dipaksa menikah atau menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. 

"Jika Anda mencoba menekan pemerintah untuk mengubah sesuatu melalui aktivisme dan menggarisbawahi isu perempuan, Anda dianggap pengkhianat negara," ujarnya. 

Meski begitu, penulis dan jurnalis Saudi, Maha Akeel, menyebut bahwa survei ini justru tak merfleksikan perubahan besar yang saat ini terjadi terkait hak-hak perempuan.

Saat ini, wanita Saudi menikmati bekan' Perempuan Arab Saudi

"Selalu ada ruang untuk kemajuan. Dan yang penting adalah ada upaya untuk menyoroti hak perempuan dan melindungi mereka dan membela mereka melalui kebijakan dan undang-undang," kata Akeel.

Tetapi pendapat berbeda disuarakan jurnalis Alia Alansari, yang lahir dan sekolah di Saudi. 

"Saya tak percaya. Ini adalah propaganda yang bagus, namun nyatanya perempuan masuh berada di bawah seseorang," kata Alia, 22, yang kini berada di Yordania. "Meski mereka boleh mengemudi, laki-laki masih tetap berkuasa." (**H)


Sumber: CNN Indonesia