BI: Jangan Alasan Likuiditas Ketat untuk Kerek Bunga Kredit


SeRiau - Bank Indonesia (BI) tidak ingin industri bank umum menggunakan alasan likuiditas ketat untuk menaikkan bunga kredit. Pasalnya, BI yakin betul akan menjaga tingkat likuiditas perbankan.

"Bank Indonesia akan memastikan likuiditas itu lebih dari cukup. Bukan hanya cukup, tapi lebih dari cukup," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jumat (8/6). 

Menurut Perry, alasan likuiditas yang mengetat pada saat ini hanya bersifat sementara (temporer). Lantaran memasuki libur Lebaran 2018, masyarakat tentu akan melakukan penarikan dana yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan. 

Penarikan uang tunai selama Ramadan di BI telah mencapai Rp187,8 triliun sampai 8 Juni 2018. Penarikan tersebut sekitar 99,78 persen dari total dana yang disiapkan sebesar Rp188,2 triliun. 

Kendati demikian, ia memastikan usai libur Lebaran, dana masyarakat akan kembali normal dan kembali ke bank lagi. Dengan begitu, likuiditas bank akan berlimpah. 

"Semestinya tidak ada alasan bagi bank untuk menaikkan suku bunga karena likuiditasnya lebih dari cukup," tekannya. 

Di sisi lain, BI juga akan segera memberikan kebijakan makroprudensial, khususnya ke sektor properti untuk meningkatkan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masyarakat. Hal ini akan segera membuat pertumbuhan kredit bank menggeliat dan tumbuh lebih baik ketimbang saat ini. 

"Sudah kami sampaikan bahwa di Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang akan datang, kami akan bahas relaksasi makoprudensial, khususnya untuk mendorong sektor perumahan," katanya. 

BI sendiri meyakini bahwa pertumbuhan kredit bank sampai akhir tahun akan berada di kisaran 10-12 persen. Sementara, hingga April 2018, pertumbuhan kredit bank sekitar 8,94 persen secara tahunan, meningkat dari posisi Maret 2018 sebesar 8,54 persen. 

Sebelumnya, perbankan getol menyuarakan tidak akan mengerek suku bunga kredit terlalu cepat, meski BI telah mengerek bunga acuan hingga dua kali pada Mei 2018 menjadi 4,75 persen. 

Namun, untuk suku bunga simpanan (deposito) dipastikan akan dinaikkan guna menjaga minat nasabah untuk menyimpan uangnya di perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI misalnya, akan mengerek bunga deposito sekitar 25 basis poin (bps) pada bulan ini. 

"Tapi setelah bunga simpanan dinaikkan, apa masih perlu kredit juga dinaikkan? Kami lihat lagi nanti," tandas Direktur Manajemen Risiko BRI Mohammad Irfan belum lama ini. (**H)


Sumber: CNN Indonesia