Putin Peringatkan Barat, AS Siapkan Sanksi bagi Rusia


SeRiau - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa serangan lanjutan Barat terhadap Suriah akan membawa kekacauan pada hubungan internasional. Sementara, AS menyiapkan sanksi baru bagi Rusia akibat dukungannya kepada rezim Bashar al-Assad.

Pernyataan Putin itu disampaikan dalam percakapan telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Minggu (15/4), terkait dengan serangan rudal Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris di Suriah pada Sabtu (14/4). 

Sebuah pernyataan dari Kremlin mengatakan Putin dan Rouhani setuju bahwa serangan Barat telah merusak kesempatan untuk mencapai penyelesaian politik dalam konflik Suriah. 

"Vladimir Putin secara khusus menekankan bahwa jika tindakan yang melanggar Piagam PBB itu dilanjutkan maka itu pasti akan menyebabkan kekacauan dalam hubungan internasional," ujar sebuah pernyataan Kremlin, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, serangan gabungan Barat itu menerpa jantung program senjata kimia Suriah, Sabtu (14/4). Washington mengatakan hal itu dilakukan sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun sepekan sebelumnya di Suriah. 

Pernyataan Putin ini keluar setelah sebelumnya Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengaku akan bekerja menangani situasi dengan profesional. 

"Sekarang situasi politik sangat tegang, suasananya bak tersengat listrik, jadi saya tidak akan membuat prediksi apa pun," ucapnya. 

"Kami akan bekerja dengan tenang, metodologis, dan profesional, menggunakan semua kesempatan untuk menyingkirkan situasi politik yang sangat berbahaya saat ini," imbuh dia. 

Hal itu dikatakannya ketika ditanya soal kesiapan Rusia dalam bekerja sama dengan proposal negara-negara Barat di Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Terpisah, Kepala Departemen non-Proliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia Vladimir Ermakov mengatakan Washington ingin mempertahankan dialog dengan Moskow mengenai stabilitas pascaserangan itu.

"Di pemerintahan AS ada orang-orang tertentu yang memungkinkan untuk diajak bicara," aku dia. 

Di Damaskus, wakil menteri luar negeri Suriah Faisal Mekdad bertemu dengan inspektur dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) selama sekitar tiga jam. Ia didampingi oleh para perwira Rusia dan seorang pejabat keamanan senior Suriah. 

Para pengawas itu akan mengunjungi lokasi yang diduga menjadi lokasi serangan gas di Douma, 7 April. 

Mekdad menolak berkomentar kepada wartawan yang menunggu di luar hotel tempat pertemuan itu berlangsung. 

Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa kekuatan Barat tidak berencana untuk melakukan serangan rudal lebih lanjut. Meskipun, hal itu akan ditinjau jika Damaskus menggunakan senjata kimia kembali. 

"Ini bukan tentang perubahan rezim [di Suriah]. Ini bukan tentang mencoba untuk mengubah gelombang konflik di Suriah," katanya. Ia menambahkan bahwa 
Rusia adalah satu-satunya negara yang dapat menekan al-Assad untuk bernegosiasi untuk mengakhiri konflik. 

Ditanya tentang hubungan AS-Rusia, duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan hubungan "sangat tegang". Namun, katanya, Amerika Serikat masih mengharapkan hubungan yang lebih baik. 

Haley mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan menarik pasukannya keluar dari Suriah sampai tujuannya tercapai. 

Yakni, memastikan senjata kimia tidak digunakan, mengalahkan ISIS, dan perkembangan baik dalam isu Iran. 

Sanksi Korporasi

Haley mengatakan juga pihaknya sedang menyiapkan sanksi baru terhadap Rusia atas dukungannya bagi al Assad. Sanksi itu akan diumumkan oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Senin (16/4). 

"Mereka [Kemenkeu] akan langsung pergi ke perusahaan apa pun yang berurusan dengan peralatan yang berkaitan dengan Assad dan penggunaan senjata kimia," kata Haley, dalam wawancara dengan CBS, Minggu (15/4). (**H)


Sumber: CNN Indonesia