Pilah-pilih Cawapres, Jokowi Dinilai Butuh Figur Agamis dan Berjiwa Muda


SeRiau – Joko Widodo (Jokowi) semakin mantap untuk melenggang ke Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Namun, sekarang tinggal pilah-pilah sosok calon wakil presiden (cawapres) yang laik mendongkraknya menuju kemenangan.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Achmad Baidowi menuturkan, yang cocok mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019 harus sosok yang agamis.

“Jokowi butuh figur agamis,” katanya kepada Okezone, Selasa (13/3/2018).

Alasan kuat Baidowi menilai diperlukan sosok agamis untuk mendampingi Jokowi, karena ia menilai figur agamis bisa menangkis ujaran kebencian yang bernuansa SARA. Sehingga keberadaan sosok agamis disamping Jokowi, akan membuat lawan yang melabelinya anti-Islam tidak memiliki ruang.

“Figur agamis yang mampu mengurangi ujaran kebencian bernuansa SARA, karena lawan-lawan politiknya masih selalu melabeli Pak Jokowi dengan merek-merek anti-Islam, pro komunis dan pro-RRC," katanya.

Baidowi menambahkan, figur se-agamis apa pun memang tidak akan serta-merta menghilangkan ujaran kebencian, tapi setidaknya dapat meminimalisirnya. Ia mewanti-wanti, sosok yang dipilih harus benar-benar agamis, bukan figur non-agamis yang diagamiskan.

Selain figur agamis, sambung Baidowi, kriteria pendamping Jokowi di pilpres juga harus memiliki jiwa muda. Hal ini diperlukan untuk merebut suara para pemilih pemula.

“Jokowi perlu figur yang memahami kaum milenial. Mengingat 39% pemilih pada 2019 berusia di bawah 40 tahun. Cawapres dari kalangan muda menjadi sangat diperlukan karena mereka memiliki selera, gimmick dan gaya komunikasi yang berbeda dengan generasi baby boomers,” lanjutnya.

Ia menilai, Jokowi perlu figur yang memiliki pengalaman dan kompetensi intelektual menghadapi disrupsi ekonomi, transformasi digital dan persaingan di era revolusi industri. Bila yang dipilih hanya figur populis belaka namun nihil kapasitas, maka akan menjadi persoalan jika nantinya terpilih.

"Maka pengalaman intelektual mengelola jabatan publik baik di eksekutif atau legislatif menjadi perlu,” tutupnya.


sumber Okezone