Kisah Cincin Kawin Warga Bukittinggi untuk Beli Pesawat RI-003


 


SeRiau- Di awal kemerdekaan, para pendiri bangsa ini (Founding Fathers) bahu membahu menggalang dana untuk membeli pesawat udara. Presiden Sukarno berpidato membakar semangat warga Aceh agar mau patungan untuk membeli pesawat. Ajakan Bung Karno mendapat sambutaan hangat dari warga. 

Di Bukittinggi, Sumatera Barat Wakil Presiden Muhammad Hatta melakukan hal serupa. Tepatnya pada September 1947, Bung Hatta yang sedang bertugas di Bukittinggi mengajak warga mengumpulkan emas dari kerelaan pribadi untuk dibelikan pesawat terbang dan peralatan militer lainnya. 

Ajakan Bung Hatta tersebut mendapat sambutan positif dari warga Sumatera Barat. "Para Ibu ramai-ramai mendatangi tempat-tempat yang ditentukan untuk menyerahkan perhiasan mereka secara sukarela," tulis Adityawarman Suryadarma dalam buku berjudul, "Bapak Angkatan Udara Suryadi Suryadarma" yang dikutip detikcom, Kamis (8/3/2018). 

Dilansir dari riauonline.co.id, kaum perempuan ketika itu tanpa sungkan dan pikir panjang menyumbangkan liontin, perak hingga emas mulai anting, kalung, gelang bahkan cincin kawin. Tak hanya di Bukittinggi, perempuan di Padang Panjang juga menyumbang emas untuk membeli pesawat. 

Dalam waktu yang tak begitu lama terkumpul emas sekitar 15 kilogram. Melalui perantara seorang broker asal Burma bernama H.Savage, Dick Tamimi dan Ferdy Salim yang ditugaskan Halim Perdanakusuma dihubungkan dengan Paul Keegan. Paul adalah seorang penerbang eks Royal Australian Air Force (RAAF). Sementara Dick Tamimi dan Ferdy Salim adalah petugas bandara yang juga bertugas menggalang pengumpulan emas. 

Kebetulan saat itu Paul berencana menjual sebuah pesawat Avro Anson seharga 12 kilogram emas. Halim Perdanakusuma yang ketika itu menjabat Wakil II Kepala Staf AURI setuju dengan pembelian pesawat tersebut. 

Pada awal Desember 1947 Pesawat Avro Anson itu pun diterbangkan ke Bukittinggi dan disambut hangat oleh masyarakat setempat. Pesawat ini kemudian diberi nomor registrasi RI-003. Karena Paul Keegan meminta pembayaran dilakukan di Songklha, Thailand pesawat diterbangkan lagi ke Bumi Pagoda. 

Pesawat diterbangkan oleh Iswahyudi dengan navigator Halim Perdanakusuma. Paul Keegan, Dick Tamimi menjadi salah satu penumpang. Sayang sesampai di Songklha, mereka dituduh menyelundupkan emas. Dick Tamimi bersama Is Yasin dan Aboe Bakar Loebis petugas bandara yang juga bertugas menggalang pengumpulan emas melarikan lewat Penang menuju Singapura. 

Iswahyudi dan Halim Perdanakusuma lari menerbangkan pesawat menuju Singapura. Namun pada 17 Desember 1947, pesawat RI-003 dengan kode registrasi VH-BBY ditemukan jatuh di Pantai Selat Malaka dekat Tanjung Hantu, Malaya. Jenazah Halim diketemukan namun jenazah Iswahyudi tak ditemukan sampai sekarang. 

Umur Pesawat RI-003 yang dibeli dari patungan para kaum perempuan di Sumatera Barat memang tak begitu lama. Namun pesawat ini telah melahirkan dua pahlawan nasional, Iswahyudi dan Halim Perdanakusuma. ( Sumber : Detiknews.com)