Hanya Lima Grup Yang Ikut Festival Gazal

Seni Gazal Melayu Mulai Tergerus Zaman

  • by Redaksi
  • Sabtu, 25 November 2017 - 22:15:40 WIB

KARIMUN, SeRiau - Wakil Bupati Karimun Anwar Hasyim mengatakan, seni tradisional Melayu berupa musik Gazal saat ini sudah mulai tergerus oleh zaman bahkan sudah sangat langka dan jarang sekali terdengar. Sehingga perlu dilestarikan agar kesenian tempatan orang Melayu di Kabupaten Karimun tidak hilang ditelan bumi.

"Event yang digelar Dinas Pariwisata Seni dan Budaya (Disparbud) ini perlu digalakkan lagi. Masak peserta yang ada hanya lima grup. Ini menandakan musik tradisional Melayu yang biasa kita kenal musik Gazal sudah sangat langka, harus kita jaga dan dilestarikan," pesan Anwar saat membuk festival musik gazal yang digelar di pendopo rumah dinas Bupati, Sabtu malam (25/11).

Dia pun meminta agar kegiatan tersebut digelar secara rutin tiap tahunnya dan harus diikuti selruh Kecamatan. Ini sangat penting, karena budaya-budaya lama Melayu kita sudah jarang dikenal oleh generasi muda kita, bahkan anak-anak muda sekarang hatinya tidak mengena kepada budaya melayu. Dengan adanya event ini bisa kita harapkan menjadi salah satu faktor agar budaya Melayu dapat lebih disenangi oleh generasi muda dizaman sekarang.

"Diharapkan festival ini kedepannya tidak hanya diikuti oleh lima grup saja. Kalau bisa dikonsepkan agar banyak yang mengikuti. Dan diharapkan juga bisa diikuti peserta dari daerah-daerah melayu lainnya, bahkan sampai ke negara tetangga Malaysia. Kapan lagi kita menggali budaya ini ditengah budaya modern. Bahkan yang namanya seni budaya lama itu bukan hanya gazal saja, tetapi yang lain juga agar bisa kita angkat dan munculkan ditengah-tengah masyarakat," pesan Anwar.

Sementara, Pelaksana Tugas (PLt) Kepala Disparbud Kabupaten Karimun, Zamri mengatakan, karena memang sudah sangat langka seni Gazal di Kabupaten Karimun ini sehingga jumlah peserta yang ikut dalam festival itu pun hanya berjumlah lima grup saja.

"Makanya kami merasa perlu melaksanakan festival ini guna membangkitkan kembali seni Melayu tradisional. Tujuannya adalah sebagai salah satu upaya pelestarian dan menjaga eksistensi seni Gazal yang mulai tengelam diera sekarang ini," kata Zamri.

Disamping itu pula, dia berharap dengan festival itu mampu memperkenalkan seni klasik zaman dulu yakni Gazal kepada generasi muda, sehingga mereka bisa mengembangkan dan melestarikan budaya sendiri sebagai kaum muda di Kabupaten Karimun. "Dengan mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai seni budaya Melayu, maka ini merupakan upaya juga dalam merawat dan menjaga aset 
budaya bangsa, bahkan bisa menjadi daya tarik wisatawan," katanya.

Panitia pun menghadirkan dewan juri bekrompeten dari negara tetangga Malaysia dan pakar seni di Kabupaten Karimun dalam menetapkan siapa yang layak menjadi terbaik. Dalam hal ini panitia pun menyediakan hadiah berupa piagam penghargaan dan uang pembinaan.(*)