Gas 3 kg Langka dan Mahal

Azwendi : Ini Tanggung Jawab Pemerintah !

  • by Redaksi
  • Kamis, 02 November 2017 - 12:52:47 WIB

Pekanbaru, SeRiau- Kelangkaan gas elpiji 3 kilo di kota Pekanbaru baru-baru ini,  membuat masyarakat pengguna gas elpiji 3 kilo merasa gerah dan gelisah karena sulitnya mendapatkan gas 3 kilo. 

Memang dari pantauan Media ini beberapa kedai atau warung hanya terlihat tabung gas 3 kilo yang kosong bertumpuk. 

Salah satu masyarakat kota Pekanbaru, Amril Aziz mengatakan, Kita memang kesulitan mencari gas elpiji 3 kilo.  Sudah berkeliling sampai 2 jam mencari gas 3 kilo, tetapi tidak ada jumpa, baik diwarung, agen dan pangkalan tidak ada gas 3 kilo. Namun yang ada hanya gas 12 kilo yang ada.  Akhirnya saya hanya menunggu beberapa hari sampai gas ada.  Namun sayang,  sampai sekarang gas yang mau kita beli tidak ada," ujar Amril 

Jadi,  dengan susahnya mencari gas 3 kilo, terpaksa kita meminjam gas 3 kilo tetangga. Kita selalu masyarakat heran saja kenapa kelangkahan gas 3 kilo ini terus terjadi. Dengan Kelangkahan gas 3 kilo ini membuat masyarakat menjadi susah untuk memasak. Kita berharap kepada pemerintah kota Pekanbaru dan pihak Pertamina untuk melakukan pengawasan serta bisa menyediakan gas 3 kilo yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat ekonomi lemah," ungkap Amril.

Sementara itu,  Jefri Al Malay warga kota Pekanbaru juga mengeluhkan hal yang sama. Sudah Dua hari mencari gas 3 kilo bersubsidi baru jumpa, Selasa( 31/10) dijalan Kartama Ujung, itupun harganya 35 Ribu. Memang letih kita mencari gas 3 kilo bersubsidi ini," ujar Jefri 

Ketua komisi II  DPRD Kota Pekanbaru, T Azwendy Fadjri sangat memyayangkan Kelangkaan gas 3 kilo yang bersubsidi ditengah masyarakat kecil membutuhkan. Dengan kejadian ini, pemerintah harus bertanggung jawab atas terjadinya kelangkaan gas 3 kilo yang bersubsidi. Bahkan pemerintah tidak bisa membiarkan hal ini terjadi, kasihan masyarakat yang membutuhkan tetapi barang yang dibutuhkan tidak ada," ujar Azwendy 

Menurut saya, Kelangkaan gas 3 kilo bersubsidi, hal ini terjadi karena adanya pelaku usaha, baik kedai kopi, restoran, rumah makan yang masih menggunakan gas 3 kilo, sehingga jatah masyarakat yang menggunakan gas 3 kilo menjadi berkurang. Artinya penggunaan gas 3 kilo ini tidak tepat sasaran. 

"Masak Pelaku usaha masih menggunakan puluhan gas 3 kilo",  ini ada apa? Dimana letak pengawasan pemerintah dan pihak Pertamina. Seharusnya gas 3 kilo bersubsidi ini diperuntukkan untuk masyarakat miskin, bukan pelaku usaha," ujar Azwendy 

Untuk itu,  kita berharap semua lapisan masyarakat, baik itu LSM, Ormas hingga pemerintah Kabupaten dan kota hingga Provinsi serta pengurus partai dan kepolisian untuk bersama-sama melakukan pengawasan. Bagi pelaku usaha yang masih menggunakan gas 3 kilo bersubsidi seharusnya diberikan teguran awal, kalau pelaku usaha masih menggunakan gas 3 kilo bersubsidi, maka perlu diberikan sanksi yang berat. Bila perlu dipidanakan, sebab gas 3 kilo itu bukan lagi hak pelaku usaha tetapi sudah menjadi hak masyarakat miskin," ujar Azwendy. (rilis)